HONDA

Profil Dr. Yanto, Hakim Agung yang Jago Dalang dan Mahir Membuat Lagu

Profil Dr. Yanto, Hakim Agung yang Jago Dalang dan Mahir Membuat Lagu

Profil Dr. Yanto, Hakim Agung yang Jago Dalang dan Mahir Membuat Lagu--ist/Rakyatbengkulu.com

 

RAKYATBENGKULU.COM - Gunung Kidul patut berbangga memiliki putra terbaik seperti Dr. Yanto, seorang Hakim Agung yang tak hanya berprestasi di dunia hukum, tetapi juga berhasil melestarikan budaya Jawa, khususnya wayang. Atas jasanya dalam melestarikan seni budaya, ia dianugerahi gelar Kanjeng Pangeran oleh Keraton Solo.

Selain itu ia juga merupakan seorang akademisi, penulis buku, dalang, komponis, musisi, dan olahragawan, karena itulah, Pada 2 Desember 2023 lalu, Dr. Yanto meraih Rekor MURI sebagai hakim dengan lintas bidang terbanyak.

 

Dr. Yanto lahir di Gunung Kidul, Yogyakarta, pada 21 Januari 1960, ia adalah putra dari pasangan sederhana, Sukamto dan Lasinem, yang berprofesi sebagai pedagang. Yanto merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Meski hidup sederhana, kedua orang tuanya sangat menjunjung tinggi pentingnya pendidikan dan selalu mendukung Yanto agar terus bersekolah.

 

Yanto kecil menghabiskan masa kanak-kanaknya di rumah sang Mbah di Gunung Kidul, sementara orang tuanya tinggal di Semarang. Ia lebih memilih tinggal di Gunung Kidul dari pada di Semarang, karena teman-temannya lebih banyak di Gunung Kidul.

BACA JUGA:Bikin Resah! Satpol PP Mukomuko Amankan ODGJ usai Rusak Mobil Dinas dan Mobil Pribadi

BACA JUGA:Gelapkan Rp500 Juta Dana Desa untuk Hidup Mewah dan Biayai Istri Siri, Mantan Kades di Rejang Lebong Ditangkap

Yanto dan teman-temannya suka sekali gemar sekali bermain bola dari jeruk bali, gobak sodor, dan lainnya. Yanto kecil adalah bocah yang sangat aktif dan baik hati, maka, tidak ada teman yang tidak menyukai Yanto.

 

CITA-CITA TINGGI MENJADI GURU OLAH RAGA

 

Mas Yanto, begitu biasa orang memanggil, menempuh Pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas di kota kelahirannya, Gunung Kidul. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Janabadra, Yogyakarta.

Sosok yang menyukai musik Koes Plus ini kemudian melanjutkan Magister Hukum di Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Sedangkan untuk Pendidikan doktornya, ia tempuh di Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta.

 

Dr. Yanto adalah sosok yang sangat menggandrungi olah raga, saking sukanya, Dr. Yanto sering bolos sekolah demi bisa bertanding olahraga dengan lawan-lawannya. Meski sering bolos sekolah, Dr. Yanto bisa menunjukkan prestasinya di bidang olah raga, terbukti ia sering menjuarai berbagai turnamen olah raga, dua di antaranya yaitu bola voli dan bulu tangkis.

Makanya tidak salah jika cita-citanya adalah menjadi guru olah raga. Selain itu ia terinspirasi oleh Pak Muhadi, guru olah raganya yang selalu terlihat gagah. Untuk itu, sebelum berkuliah di Fakultas Hukum, Dr. Yanto yang sangat ingin menjadi Guru Olah Raga memiliki keinginan kuat untuk mendaftar kuliah di IKIP Karang Malang, namun karena pendaftarnya sangat banyak sehingga menimbulkan antri yang panjang hingga berhari-hari, Dr. Yanto membatalkan niatnya dan kemudian mendaftar kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata, Yogyakarta.

 

Asal muasal Dr. Yanto kemudian kuliah di Fakultas Hukum adalah karena terinspirasi oleh kakak dari kawannya yang banyak bercerita tentang ilmu huku. Dari situlah, kemudian Dr. Yanto mendaftar kuliah di Janabadra dan melepaskan statusnya sebagai mahasiswa Universitas Sarjanawiyata.

BACA JUGA:Lima Ruas Jalan Prioritas di Mukomuko Batal Dibangun karena Pemangkasan DAK 2025

BACA JUGA:Dinkes Rejang Lebong Usulkan Pemanfaatan Dana Desa untuk Penanganan Penyakit Menular dan Tidak Menular

 

Dr. Yanto yang saat ini diberi amanah sebagai Juru Bicara Mahkamah Agung tidak pernah terfikir bisa menjadi seorang hakim. Ia yang berasal dari keluarga pedagang, sebelum menjadi hakim sempat menjadi editor di sebuah percetakan. Hingga kemudian, seorang temannya yang Bernama Joko Sutrisno mengajaknya dan membujuknya untuk mendaftar jadi calon hakim. Ia pun terbujuk mendaftar dan lulus. 

 

PERJALANAN MENJADI HAKIM

 

Berkat ajakan Joko Sutrisno, Dr. Yanto lulus seleksi calon Hakim di Pengadilan Negeri (PN) Pekalongan. Lalu ia mendapatkan penugasan awal di PN Manna, Bengkulu Selatan. Dr. Yanto yang saat itu masih bujangan berangkat seorang diri menggunakan bus Putra Raflesia. Ia Berangkat dari Jakarta jam 10 pagi sampai Bengkulu ke esokan paginya lagi. Sesampainya di PN, ia langsung lapor Ketua Pengadilan.

 

Namun, ternyata ia tidak betah di sana, karena kotanya sepi dan tidak ada sanak saudara yang dikenalnya. Tanpa panjang fikir, pada hari itu juga ia memutuskan pulang lagi ke Pekalongan. Ia berkesimpulan tidak apa-apa tidak jadi hakim kalau tempat penugasannya seperti itu. Ia saat itu berfikir, ia akan memilih jadi pegawai saja. Lalu ia pun kembali ke PN Pekalongan. Dan, keadaan seperti itu berjalan kurang lebih tiga bulan.

 

Tiba-tiba di suatu hari, panitera PN Pekalongan menghampirinya dan menyampaikan bahwa betapa susahnya orang lain mau jadi hakim.

 

“Kamu sudah jadi hakim kok malah tidak jadi berangkat,” begitu kata Panitera.

 

Karena semangat dari Panitera dan teman-teman PN Pekalongan itulah, Yanto berangkat kembali ke Manna dan melanjutkan tugas di sana hingga enam tahun lamanya.

Bahkan, di kota itulah Yanto kemudian menemukan belahan hatinya, seorang Wanita cantik jelita asal Bengkulu yang bernama Soprianti. Hingga kini Wanita cantik tersebut setia mendampingi Yanto dalam keadaan apapun dan di tempat manapun ia ditugaskan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: