HONDA

Jambore Pemuda 2025, Gubernur Bengkulu Serukan Perlawanan Tsunami Budaya Asing

Jambore Pemuda 2025, Gubernur Bengkulu Serukan Perlawanan Tsunami Budaya Asing

Jambore Pemuda Daerah se-Provinsi Bengkulu yang digelar di Lapangan Sport Center Pantai Panjang--Ist/Rakyatbengkulu.com

BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM – Semangat kebangsaan kembali dikobarkan dari Bumi Merah Putih. 

Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan, secara resmi membuka Jambore Pemuda Daerah se-Provinsi Bengkulu yang digelar di Lapangan Sport Center Pantai Panjang, pada Senin 21 Juli 2025. 

Kegiatan tahunan ini berlangsung dari 20 hingga 23 Juli dan diikuti oleh ratusan pemuda-pemudi dari seluruh kabupaten dan kota se-Provinsi Bengkulu.

Dalam sambutannya, Gubernur Helmi mengangkat isu penting tentang tantangan identitas generasi muda di era globalisasi. 

BACA JUGA:MBG Jadi Kunci Tekan Stunting, Wagub Mian Desak Kabupaten Percepat Aksi

BACA JUGA:Kejati Sita 4 Ponsel dan Laptop dari Kantor Pelindo Bengkulu, Usut Kasus Dugaan Korupsi Tambang Batu Bara

Ia menyoroti derasnya arus budaya asing yang perlahan mengikis nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

“Jika dulu penjajahan datang melalui tentara bersenjata, maka hari ini penjajahan datang melalui budaya, melalui cara berpikir yang jauh dari nilai-nilai Pancasila,” kata Helmi Hasan.

Melalui forum pemuda ini, Gubernur mengajak seluruh peserta untuk memperkuat semangat nasionalisme dan persatuan sebagaimana yang diwariskan oleh para pemuda pejuang kemerdekaan.

“Indonesia dulu disatukan bukan karena kesamaan, melainkan karena keberagaman. Dari berbagai suku, agama, bahasa, dan budaya, kita bisa bersatu untuk memerdekakan negeri ini,” sambungnya.

BACA JUGA:Bawa Bantuan dan Program Strategis, Gubernur Helmi Hasan Bakal Ngantor di Pulau Enggano

BACA JUGA:Penyidikan Kasus Dugaan Korupsi Tambang Batu Bara, Kejati Bengkulu Geledah Sucofindo

Tak hanya menyinggung pentingnya nilai kebersamaan, Helmi juga mengingatkan kembali peran strategis Bengkulu dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. 

Ia mencontohkan sosok Ibu Fatmawati, putri daerah Bengkulu yang menjahit Sang Saka Merah Putih pertama untuk dikibarkan pada 17 Agustus 1945.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: