Bangkit di Tengah Pandemi, Jamu Kito Sajikan Minuman Herbal dengan Konsep Kafe

Kamis 01-10-2020,12:51 WIB
Reporter : redaksi rb
Editor : redaksi rb

BENGKULU -  Di saat pandemi Covid-19 banyak usaha dan bisnis yang terdampak. Pelaku bisnis pun harus memutar otak agar tetap bertahan. Seperti yang dilakukan Aulia Wulandari, AMd.Kep. Tiga bisnis yang sebelumnya dijalankan mandek. Hingga akhirnya ia bisa kembali bangkit.

Diakui Aulia, di tengah pandemi Covid-19 ini banyak usaha yang gulung tikar karena hasil yang didapat tidak bisa mengembalikan modal. Tiga bisnis yang dijalaninya yaitu laundry, spa dan Henna Bengkulu saat ini tutup sementara karena beberapa pertimbangan. Ia pun kini beralih pada bisnis penjualan jamu atau minuman herbal dengan brand Jamu Kito yang beralamat di Jl. Manggis Panorama Kota Bengkulu.

“Setelah pandemi ini sangat banyak berkurang (pendapatan, red). Seperti henna kan tidak ada yang nikahan jadi pesanan pun berkurang. Kalau untuk spa kita harus kontak langsung dengan klien dan kami nggak berani. Sedangkan kalau untuk laundry ini mungkin karena kami yah khawatir. Itu kan pakaian kotor dan kita juga nggak tahu virusnya dari mana saja. Pelanggan juga lebih memilih untuk cuci sendiri, sehingga akhirnya memilih untuk beralih ke herbal ini,” ungkapnya kepada Rakyat Bengkulu belum lama ini.

Ibu muda ini telah meracik jamu sejak tahun 2018, namun belum fokus dan kebanyakan meracik untuk orang sakit. Aulia yang merupakan owner sekaligus peracik Jamu Kito ini berpikir keras bagaimana agar jamu ini bukan hanya untuk orang sakit saja, tetapi juga bisa untuk orang yang sehat yaitu untuk menambah daya tahan tubuh.

“Saya memutar otak bagaimana caranya supaya jamu ini bukan hanya untuk orang sakit saja, tetapi bisa juga untuk orang sehat. Saya berinisiatif untuk membuat kafe ini. Semua bisa datang dan mengonsumsi jamu atau minuman herbal untuk menambah daya tahan tubuhnya. Apalagi di tengah pandemi ini yah jadi bukan hanya orang sakit saja,” jelasnya.

Usaha jamu yang baru dibuka awal Agustus 2020 ini mengusung konsep berbeda dari depot jamu kebanyakan. Aulia melakukan inovasi dengan konsep kafe di lokasi usahanya. Tujuannya agar orang yang mencari jamu bukan hanya saat sakit saja, namun jamu bisa dinikmati kapan saja untuk menjaga daya tahan tubuh.

“Omzetnya tergolong stabil dan bahkan meningkat. Terhitung satu bulan sejak awal Agustus kami mendapatkan omzet Rp 10 juta untuk satu bulan,” katanya.

Ia menjelaskan, jamu herbal yang dijual ada beberapa varian, mulai dari obat sakit hingga untuk menambah daya tahan tubuh. Penyajiannya pun bervariasi. Ada yang siap saji atau instan, ada yang perlu direbus, dan ada yang telah dibuat dalam bentuk pil. Minuman herbal pun disajikan secara modern, seperti Jasuka (jahe susu kayu manis), kopi ginseng original, curcuma creamy, Bareskrim (jamu beras kencur pakai es krim), kunyit asem original, beras kencur original, wedang jahe original dan lainnya. Harganya mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu.

“Selama pandemi ini pengunjung kafe memang berkurang. Tapi kami menyiasatinya dengan mengoptimalkan pemesanan online, sehingga omzet tetap stabil,” tutupnya. (arta/magang)

Tags :
Kategori :

Terkait