Sepekan Covid-19 di Bengkulu di Atas Seribu, Kematian Terus Melaju

Senin 05-07-2021,14:47 WIB
Reporter : redaksi rb
Editor : redaksi rb

  BENGKULU - Dalam sepekan terakhir laju penambahan kasus baru terus melaju. Berdasar data dari Satgas Pencegahan Covid-19 Provinsi Bengkulu kemarin ada penambahan 190 kasus baru. Sementara itu, dalam seminggu ini mulai 29 Juni hingga 4 Juli untuk kasus konfirmasi positif Covid-19 mencapai 1.025 kasus baru.

Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Jaduliwan mengungkapkan tak hanya kasus baru yang terus melaju. Namun juga angka kematian juga mengalami penambahan. "Hari ini (kemarin,red) dari data yang masuk, ada 4 pasien meninggal. Semuanya dari Kota Bengkulu," sampainya.

Dengan adanya penambahan ini, maka untuk pasien Covid-19 yang dinyatakan meninggal sebanyak 227 pasien. Dimana rata-rata pasien ini, merupakan seseorang yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes, jantung, hipertensi dan lainnya. Serta Covid-19 ini juga rentan terhadap para lansia. Untuk itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat tidak acuh terhadap protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

"Dengan prokes, laksanakan 3 M. Itu bisa melindungi diri dan orang lainnya. Jangan sampai acuh terhadap bahaya pandemi ini," ajaknya.

Kemudian untuk angka kesembuhan juga meningkatkan ditiap harinya, kemarin ada penambahan 65 pasien sembuh. Atau mencapai 83,99 persen dari total konfirmasi. Sementara untuk konfirmasi aktif hingga kini mencapai 1.593 orang, dimana orang orang juga tengah mendapat pemantauan dari tim medis.

Oksigen Sulit, Faskes Menjerit

Teriakan kekurangan suplai oksigen kembali terdengar dari fasilitas kesehatan. Kali ini datang dari RSUP dr Sardjito di DI Jogjakarta.  Kejadian tersebut terungkap setelah surat yang ditandatangani Direktur Utama RSUP Sardjito dr Rukmono Siswishanto SpOG bocor ke publik pada Sabtu lalu (3/7). Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa ada kendala pasokan Oksigen. Sementara pasukan oksigen di rumah sakit tersebut akan habis pada Sabtu pukul 18.00. Hingga berita ini ditulis, pihak rumah sakit belum merespon penyebab krisis oksigen tersebut.

Ternyata kekurangan oksigen tak hanya terjadi di RSUP dr Sardjito. Kekurangan oksigen di Jogjakarta benar-benar mengkhawatirkan. Seperti yang dialami Koordinator Kampung Tanggap Bencana (KTB) Kampung Tegalmulyo, Pakuncen, Wirobrajan, Jogjakarta Herman Kurniawan.  Dia berkeliling Jogjakarta untuk mencari oksigen demi warga yang terkena Covid 19. ”Posisinya warga bernama Pak Seno ini ditolak rumah sakit pada Senin (28/6),” tuturnya.

Karena itu, warga tersebut terpaksa isolasi mandiri kendati saturasi oksigennya hanya 70. Karena itu untuk keperluan perawatan KTB mencarikan oksigen. Sayangnya, ketersediaan oksigen di Jogjakarta sangat kritis. ”saya berkeliling ke enam tempat baru dapat,” paparnya.

Dia mengatakan, dapat oksigen itu pun juga hanya satu tabung, dari kebutuhan tiga tabung oksigen. Karena memang tidak ada oksigen lagi, tentunya tidak bisa berbuat apa-apa. ”Satu tabung oksigen itu pun yang terakhir di toko itu,” jelasnya.

Bahkan, pemilik toko juga memperlihatkan tabung-tabung oksigen yang dimilikinya. Semuanya kosong tanpa oksigen. ”Jadi ya habis, setelah saya beli,” tuturnya dihubungi Jawa Pos kemarin.

Menurutnya, warga tersebut akhirnya berupaya mencari rumah sakit pada Minggu (4/7). Sayangnya, kendati telah berkeliling ke lima rumah sakit, semuanya menolak. ”Karena memang tidak ada tempat tiduran tempat merawat lagi,” ujarnya.

Dia menuturkan, saat ini masih berupaya untuk berkoordinasi dengan sejumla pihak agar bisa mendapatkan shelter perawatan. ”Masih coba saya hubungi,” paparnya.

Memang kesulitan untuk mendapatkan oksigen sudah terasa sejak beberapa minggu lalu. Dia menuturkan, pernahuga mencarikan oksigen untuk warga lainnya. Berkelili ke tiga tempat baru dapat oksigennya. ”Makin sedikit ketersediaan oksigen,” tuturnya.

Terkait habisnya persediaan oksigen yang menyebabkan puluhan kematian di RSUP Dr Sardjito, Komisi IX DPR menilai Kementerian Kesehatan harus bertanggung jawab. Apalagi pihak rumah sakit rujukan utama di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta itu sudah menyampaikan surat permohonan bantuan ke Kemenkes sejak Sabtu lalu (3/7).

Wakil Ketua Komisi IX DPR Emanuel Melkiades Laka Lena menegaskan bahwa pemberitahuan tentang habisnya persediaan oksigen di RSUP tersebut seharusnya menjadi perhatian Kemenkes selaku pengambil kebijakan. "Ini yang harus bertanggung jawab (adalah) Kemenkes RI terhadap kematian 63 pasien di RS Sardjito," ungkapnya Minggu (4/7).

Kematian 63 pasien ini, lanjut dia, bukan hal biasa dan harus dilihat sebagai kelalaian, sehingga kasus itu perlu diusut untuk memastikan akar permasalahannya. "RS Sardjito itu rujukan nasional untuk penanganan Covid-19, tidak masuk akan sampai mereka berteriak tidak ada oksigen," tegas politisi Golkar tersebut.

Melki berharap agar kejadian ini juga menjadi evaluasi bagi Kemenkes agar bergerak lebih cepat dalam hal ketersediaan oksigen di rumah sakit-rumah sakit besar, khususnya yang menjadi rujukan utama Covid-19 di daerah-daerah dengan kasus tinggi. Melki juga menyarankan agar Kemenkes meningkatkan kerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan pihak-pihak terkait agar memprioritaskan pengadaan tabung oksigen.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan terkait Covid-19 Siti Nadia Tarmizi menyatakan bahwa kemarin (4/7) sudah dilakukan pengiriman oksigen untuk ke RSUP dr Sardjito. Dia berharap agar selanjutnya pengiriman oksigen ini lancar. “Harus kita dorong industri gas memprioritaskan untuk kesehatan,” ucapnya saat dihubungi Jawa Pos.

Tak ingin kecolongan, Kemenkes berupaya memonitor fasilitas kesehatan. Nadia menuturkan bahwa sejauh ini kementeriannya berkomunikasi jumlah stok oksigen maupun kebutuhan lain yang diperlukan fasilitas kesehatan. Selanjutnya untuk stok oksigen, Kemenkes juga berkomunikasi dengan produsen.

Adanya kelangkaan oksigen ini menurutnya karena jumlah pasien yang membludak. “Pasokan dari industrinya terbatas,” ujar Nadia. Sementara itu permintaan dari semula 400 ton oksigen untuk medis, lalu belakangan meningkat menjadi 2500 ton.

Pasokan oksigen sekarang jadi rebutan. Tidak hanya untuk pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit. Pasien Covid-19 yang isolasi mandiri (isoman) di rumah juga ada yang menggunakan oksigen. Lantas apakah perlu pasien yang isoman menggunakan oksigen? Apakah tidak lebih baik ketika pasien Covid-19 yang sudah pada fase membutuhkan oksigen dirawat di RS saja.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) yang juga dokter spesialis penyakit dalam Ari Fahrial Syam mengatakan pasien Covid-19 yang masuk fase membutuhkan oksigen sebaiknya dirawat di RS. ’’Oksigen untuk pasien Covid-19 di RS. Bukan pasien (Covid-19, Red) yang isoman,’’ katanya kemarin.

Ari mengatakan saat ini pasokan oksigen sudah sulit di pasaran. Bahkan ada sejumlah kasus sebuah RS yang kekurangan pasokan oksigen. Sehingga sampai ada pasiennya yang meninggal karena butuh oksigen. Secara medis Ari mengatakan penggunaan oksigen untuk semua jenis penyakit itu ada ukurannya. Kebanyakan menghirup suplai oksigen juga tidak boleh. Sehingga tetap diperlukan petunjuk dokter untuk penggunaan oksigen.

Ari sendirinya beberapa hari lalu juga menjalani isoman. Tetapi dia sudah dinyatakan sembuh dari hasil tes PCR. Kepada pasien Covid-19 tanpa gejala dan bergejala ringan yang isoman dia meminta untuk tidak mengkonsumsi dexamethasone atau cortidex. ’’Dapat memperburuk pasien. Karena beredar viral (anjuran, Red) minum dexamethasone 3x1 tab,’’ jelasnya.

Di saat kasus Covid-19 membludak, ditengarai ada pihak yang memanfaatkan kesempatan di tengah kesempitan. Yaitu menimbun tabung oksigen dan sejumlah obat-obatan. Sehingga menjadi langka atau harganya melambung.

Ketua Bidang Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh mengingatkan tindakan yang menimbulkan kepanikan atau menyebabkan kerugian publik hukumnya haram. Teramsuk juga memborong dan menimbun bahan kebutuhan pokok, masker, obat-obatan dan lainnya. Ketentuan ini tertuang dalam Fatwa MUI 14/2020.

’’Termasuk memborong obat-obatan, vitamin, oksigen, yang menyebabkan kelangkaan sehingga orang yang membutuhkan dan bersifat mendesak tidak dapat memperolehnya,’’ jelasnya. Dia mengatakan penimbunan kebutuhan pokok tersebut tidak diperkenankan. Sekalipun untuk tujuan jaga-jaga dan persediaan.

Sebab di tempat lain banyak orang yang membutuhkan dan sangat mendesak. Asrorun mengatakan aparat kepolisian perlu mengambil langkah darurat mengendalikan situasi saat ini. Supaya bisa menjamin ketersediaan, mencegah penimbunan, dan menindak oknum yang mengambil keuntungan dalam kondisi susah seperti sekarang.

Sementara itu data dari Kementerian Agama (Kemenag) sampai Jumat (2/7) menyebutkan ada 1.003 pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri di seluruh Indonesia. Terbanyak ada di Asrama Haji Sukolilo Surabaya sebanyak 612 orang. ’’Mereka menempati 204 kamar dari 245 kamar yang tersedia,’’ kata Plt Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Khoirizi H. Dasir.

Kemudian di Asrama Haji Balikpapan ada 126 orang yang menjalani isolasi mandiri. Lalu di Asrama Haji semarang ada 85 orang, Asrama Haji Pondok Gede (56), Asrama haji Jogjakarta (67), Asrama Haji Lombok (32), dan Asrama Haji Ambon (25).

Untuk antispasi kebutuhan lokasi isolasi, Kemenag juga mengkaji penggunaan Balai Diklat Kemenag (BDK) untuk tempat isolasi. Saat ini Kemenag memiliki 14 unit BDK di seluruh Indonesia. (lyn/idr/deb/wan)

Seiring dengan merebaknya kasus konfirmasi positif Covid-19, juga diikuti oleh melonjak permintaan dari Susu Bear Brand. Berdasarkan pantauan RB, disejumlah warung dan mini market kemarin mengakui dalam beberapa waktu terakhir kebanjiran pembeli susu yang terkenal dengan logo naga terbang tersebut.

"Ini stok nya habis, banyak yang beli," sampai salah satu pemilik gerai, Evi.

Dijelaskannya, banyak pembeli mengaku memborong susu bear brand itu karena diyakini meningkatkan kekebalan imun dan bisa meminimalisir paparan Covid-19.

Terpisah, dr. Lista Cherylviera yang juga merupakan Dirut Rumah Sakit Harapan dan Doa (RSHD) Kota Bengkulu, menjelaskan susu bear brand merupakan susu murni yang mengandung nutrisi alami. Sehingga mengandung nilai gizi yang tinggi.

"Kalau untuk penangkal covid tidak juga ya. Tapi  karena kandungan gizinya tinggi ya bagus saja untuk daya tahan tubuh," jelasnya. (war/jpg)

Selasa 29 Juni 110 kasus baru 3 Pasien meninggal Berasal dari Kota Bengkulu, Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah masing-masing 1 kasus   Rabu 30 Juni 268 kasus Baru Meninggal 0   Kamis 1 Juli 178 kasus baru 4 pasien meninggal Berasal dari 2 pasien dari Rejang Lebong Kota Bengkulu dan Bengkulu Selatan masing-masing 1 kasus   Jumat 2 Juli 139 kasus baru 7 pasien meninggal Berasal dari 5 pasien dari Kota Bengkulu Bengkulu Tengah, dan Seluma masing-masing 1 kasus   Sabtu 3 Juli 140 kasus baru 4 pasien meninggal Berasal dari Kota Bengkulu, Mukomuko, Bengkulu Utara masing-masing 1 kasus   Minggu 4 Juli 190 kasus baru 4 pasien meninggal Berasal dari kota Bengkulu   Total kasus 10.777 kasus Kasus kematian 227 pasien
Tags :
Kategori :

Terkait