Duka Balikpapan 13 Detik Tewaskan 4 Orang

Sabtu 22-01-2022,13:21 WIB
Reporter : redaksi rb
Editor : redaksi rb

BALIKPAPAN – Semestinya truk tronton yang bermuatan kapur pembersih air itu baru boleh melintas di simpang Muara Rapak 15 menit lagi. Peraturan wali kota Balikpapan, Kalimantan Timur, menggariskan demikian.

Namun, Muhammad Ali nekat melintasi simpang yang ramai itu. Sebagaimana yang dilansir Kaltim Post, dia ingin bisa segera sampai mengantarkan muatan ke Kampung Baru, Balikpapan Barat.

Saat mulai menginjak rute menurun, jarak truk tersebut dengan kendaraan di depannya yang sedang berhenti akibat lampu merah sekitar 100 meter. Namun, rem truk itu ternyata blong.

Truk Nissan nopol KT 8534 AJ keluaran 1997 dengan muatan seberat 20 ton tersebut pun tanpa ampun menyeruduk puluhan mobil dan sepeda motor. Berdasar data yang dicatat Ditlantas Polda Kaltim, setidaknya 34 pengendara menjadi korban dalam insiden nahas itu. Perinciannya, 4 korban di antaranya dinyatakan meninggal, 4 orang lagi terluka berat, dan 26 lainnya luka ringan.

Sekitar 13 detik truk itu meluncur tanpa kendali dengan kecepatan di atas 60 kilometer menyeru. Empat mobil terlempar hingga lebih dari 20 meter.

Saerullah, warga Cilacap, Jawa Tengah, dan Asmawati, warga Jalan Sulawesi, Balikpapan, meninggal di RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo, Balikpapan. John Efendi Harahap, warga Cilegon, Banten, dan Juni Deddy Ricardo, warga Banten, mengembuskan napas terakhir di RSUD Beriman, Balikpapan.

Yang mengalami luka berat, antara lain, Suyono, Sri Suci Pakarti, M. Yamin, dan Wiwik Sulistiani. Menurut data sementara, korban yang terluka ringan adalah Nelson, Desca Nanda Putra, Elly Marlia, Evi M.P., Rahman, M. Baihaki, Heri Kahar, dan Suhardi.

Berdasar informasi yang dihimpun, pada pukul 05.50 Wita truk nopol KT 8534 AJ yang dikemudikan Ali bertolak menuju Jalan Letjen Suprapto, Kampung Baru, Balikpapan Barat, dari Jalan Pulau Balang Kilometer (Km) 13, Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara.

Selama perjalanan, kendaraan melaju normal dan rem berjalan dengan baik. Arus kendaraan mulai ramai di Jalan Soekarno-Hatta Km 1. Sesampai di depan Rajawali Foto Km 0,5, menurut pengakuan sopir kepada penyidik Satlantas Polresta Balikpapan, dirinya sudah mulai mengurangi persneling dari gigi 4 ke 3. Setibanya di depan Bank Mandiri, remnya sudah tidak berfungsi.

Ali berusaha menghindari mobil di depannya dengan membanting setir ke kiri. Setelah berhasil, truknya kembali lagi ke jalur kanan dan menyeruduk puluhan kendaraan. ”Setelah menyeruduk, truk masih terus melaju dan terhenti menabrak pembatas jalan berjarak sekitar 50 meter dari titik benturan,” jelas Kapolda Kaltim Irjen Pol Imam Sugianto.

Ali, si sopir truk yang juga warga Jalan Tanjungpura, RT 022, Kelurahan Telaga Sari, Balikpapan, kemarin (21/1) resmi ditetapkan tersangka. Menurut Imam, sopir saat ini sudah ditahan di Mapolresta Balikpapan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan.

Dalam Peraturan Wali Kota Nomor 60 Tahun 2016 disebutkan, kendaraan alat berat seperti peti kemas dan sejenisnya beroperasi pada pukul 06.00–21.00 Wita dengan muatan 40 feet. Pada pukul 06.30–09.00 Wita dan pukul 15.00–18.00 Wita, giliran kendaraan dengan muatan 20 feet. ”Jadi, sudah ada Perwali ya. Jam yang ditentukan tidak boleh melintas dari jam 6 pagi sampai jam 9 pagi. Tadi kejadian pada jam 6.15 Wita,” ungkapnya.

Tersangka berada dalam keadaan sadar dan mengakui seharusnya tidak boleh masuk pada jam yang telah ditetapkan. ”Tapi, karena ingin cepat sampai dari Km 13 ke Kampung Baru, akhirnya dia memaksakan untuk masuk,” kata Direktur Lalu Lintas Polda Kaltim Kombespol Sonny Irawan.

Uyung 4 tahun berkemeja biru itu tidak mengalami luka. Tapi, kecelakaan hebat yang menyisakan trauma baru saja dia alami bersama kedua orang tuanya.

’’Kejadiannya masih terngiang-ngiang. Awal bertemu tadi pupil matanya masih kosong,” kata Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kota Balikpapan Esti Santi Pratiwi kepada Kaltim Post Jumat (21/1).

A, bocah tersebut, dievakuasi warga sekitar dari lokasi tabrakan beruntun di Muara Rapak, Balikpapan, Jumat (21/1) pagi ke Klinik Ibnu Sina. Ayahnya, MY, mendapat perawatan intensif di RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo. Sedangkan sang ibu, WS, dilarikan ke RSUD Beriman.

Di klinik, psikolog UPTD PPA Nurul Mahmudah Umar bersama staf lain mencoba untuk mengalihkan perhatian A. Mereka menghibur balita tersebut dengan menyuguhkan tontonan Avatar dan Upin & Ipin, serial hiburan favorit anak seusianya. Sekotak susu cokelat, wafer, dan roti sudah habis menemani A yang bermain ponsel. Melihat sang bocah mulai bosan menonton, game daring menjadi hiburan selanjutnya.

Setelah itu, A diajak untuk menggambar. Opsi hiburan di dalam ruangan tersebut memang terbatas. Karena itu, psikolog berusaha mencari cara untuk menghiburnya. Ketika diminta menggambar, A memilih menulis huruf hijaiyah atau alfabet Arab.

Psikolog tetap mendampingi sembari mengajak A berbincang agar dia terus teralihkan. Tujuannya, tidak mengingat kejadian yang baru menimpanya. A pun pandai bercerita.

Dia selalu menjawab berbagai pertanyaan yang disampaikan psikolog. Sekali lagi, cara itu dilakukan untuk mengalihkan perhatiannya. ’’Aku besok mau pergi ngaji,” tuturnya.

Dalam sela-sela obrolan, dia bercerita bagaimana kondisinya di dalam mobil nahas tersebut. Kejadian itu disampaikan berulang-ulang. Saat asyik bermain dan bercerita, tiba-tiba dia kembali menuturkan kondisi kecelakaan.

’’Ban sudah kempes, mobilnya rusak. Aku mau keluar, tapi tidak bisa. Kacanya tidak bisa terbuka, pintunya. Untungnya, ada Pak Ustad yang gendong,” ujarnya.

Itu yang kerap dia ucapkan. Ketika memori tersebut muncul, psikolog segera mengalihkan perhatiannya dengan mengajak ngobrol dan makan.

Setelah beragam permainan, A merasa lelah dan tertidur di atas meja sekitar pukul 12.00 Wita. Dia yang didampingi tiga orang dari UPTD PPA cukup lama berada di dalam ruangan tersebut. Petugas menemani sambil menunggu kepastian kerabat A yang akan menjemput.

Setelah kejadian, A sempat bertemu teman orang tuanya, Afifah Nursadilah, yang menjenguk ke Klinik Ibnu Sina. Perempuan yang akrab disapa Dila itu sudah tidak asing bagi A. Bahkan, saat Dila berkunjung, A langsung mengenali dan bercerita tentang kondisinya.

Kepada Kaltim Post, Dila mengaku sangat mengenal keluarga asal Samarinda, Kalimantan Timur, tersebut. Mereka saling kenal karena berada dalam Ikatan Keluarga Bima Dompu (Ikabido).

Dila mengatakan, MY merupakan staf manajemen di sebuah plaza di Samarinda. Sedangkan istrinya, WS, merupakan pedagang di pasar malam. Mereka tidak punya keluarga kandung di Balikpapan. Namun, Dila dan keluarga Yamin sering jalan bersama jika ada acara.  ’’Tahunya dapat info kalau ada kecelakaan,” ungkapnya. (jpg)

Tags :
Kategori :

Terkait