Banyak Proyek “Mercusuar” KEPAHIANG, rakyatbengkulu.com - Pemkab Kepahiang dinilai hanya mengejar percepatan pembangunan. Tanpa mempertimbangkan azas manfaat bagi masyarakat.
Diantaranya proyek tugu kopi yang terletak di Pasar Kepahiang, waterpark di Desa Air Sempiang Kecamatan Kabawetan, dan Masjid Agung di Desa Taba Tebelet Kecamatan Kepahiang. Ketiga contoh pembangunan tersebut bernilai cukup fantastis, di mana tugu kopi Rp 5 miliar yang saat ini justru tidak maksimal mempercantik wajah kota. Pasalnya, aliran listrik yang padam dan air mancur yang tidak mengalir. BACA JUGA: Temuan BPK “Menggantung”, Masjid Rp 540 juta, Tugu Kopi Rp 60 juta Begitu pun Masjid Agung Baitul Hikmah yang sudah menghabiskan anggaran mencapai Rp 30 miliar, namun tak kunjung selesai. Serta waterpark, yang sudah menghabiskan anggaran Rp 15 miliar untuk pembangunan tahap I. Menurut Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (Puskaki) Provinsi Bengkulu, Melyansori, ketiga proyek tersebut, terkesan hanya proyek mercusuar atau hanya sekadar mencari sensasi. Padahal di Kabupaten Kepahiang sendiri, masih banyak sektor pembangunan yang belum maksimal yang langsung menyentuh kehidupan masyarakat. “Bayangkan saja kalau anggaran sebesar itu dialihkan pada proyek pengadaan dan perbaikan lampu jalan dan perbaikan jalan dalam gang di Kabupaten Kepahiang. Kita yakin tak akan sebesar itu anggaran daerah yang benar-benar bermanfaat dan langsung berdampak pada kehidupan masyarakat,” beber Melyansori. Dia mencontohkan, tugu kopi yang ada di Pasar Kepahiang saat ini. Sejauh ini belum berdampak nyata pada kehidupan masyarakat Kepahiang. Apakah hanya sekadar bangunan tempat berfoto dan nongkrong masyarakat saja? Dan bagaimana kondisi bangunan itu saat ini? ‘’Selesai dibangun, tugu tersebut justru belum memberikan manfaat untuk masyarakat Kepahiang. Sama halnya dengan waterpark saat ini. Gencar dibangun dengan anggaran fantastis. Namun akses menuju lokasi sangat sulit ditempuh, dengan jalan yang sempit dan rusak,” beber Melyansori. Sama halnya dengan Masjid Agung Kepahiang, Melyan pun mengaku tidak memahami pasti konsep yang akan dilakukan Pemkab Kepahiang. Padahal dana yang digelontorkan sudah sangat besar. “Masjid Agung tersebut cukup besar sesuai dengan anggarannya, namun sampai saat ini belum tuntas dibangun. Kita tidak tahu konsep seperti apa yang ingin dibangun Pemkab Kepahiang,” tegas Melyansori. Seharusnya, dalam pandangan Melyansori, Pemkab Kepahiang bisa lebih efektif dan efisien dalam memilih prioritas pembangunan. Jangan hanya sebatas melakukan proyek mercusuar semata, sementara hal-hal yang langsung berdampak terhadap masyarakat justru terabaikan. BACA JUGA: Baru 5 Hari Beroperasi, Pasar Takjil DitinggalkanBangun Terus, Azaz Manfaat Nomor Dua
Kamis 14-04-2022,11:26 WIB
Editor : redaksi rb
Kategori :