Tidak lama setelah itu, muncul gumpalan gas dan asap raksasa mengepul keluar dari puncak gunung. Bukan hanya asap saja, material lain termasuk batu, lumpur dan puing-puing lainnya ikut juga terlontar ke arah langit.
Puncaknya, pada 4 Juni 1785, sebanyak 327 penduduk tidak punya pilihan lain selain mengungsi. Namun hanya sebagian dari mereka yang berhasil mengungsi. Sebagian lainnya di telan muntahan gunung berapi.
BACA JUGA:Ustad Abdul Somad: Berhias di Hadapan Suami, Kewajiban Istri Sebagai Muslimah Salehah
Penduduk yang tinggal pada masa sekarang, tidak menjadi saksi langsung peristiwa sejarah kelam Aogashima yang pernah terjadi tersebut. Mereka hanya tahu cerita tersebut secara turun temurun.
Walau begitu cerita kelam tersebut tidak lantas membuat mereka ketakutan dan pergi darai daratan pulau Aogashima. Dimana mereka akan tetap bertahan di pulau tersebut, dengan mengambil risiko kapan saja sejarah kelam tersebut dapat terulang.
BACA JUGA:Ini ! 10 Lowongan Kerja Akhir Tahun 2023 di Jawa Timur, Berikut Info dan Kualifikasinya
Sudah lebih dari 230 tahun, sejak letusan dahsyat yang pernah terjadi, gunung api di pulau Aogashima tidak menunjukkan gejala akan meletus. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan. Ini dikarenakan pulau tersebut berada di tengah Laut Filipina.
Penduduknya sering juga mendaki ke tebing pulau untuk beraktivitas seperti berkemah dan berenang disekitar pulau. Di pulau ini, terdapat juga sauna yang dapat mematangkan seperti telur, dengan meletakkannya di atas salah satu lubang uap.
BACA JUGA:5 Fakta Unik Buah Nanas, Ternyata Bisa Melunakkan Daging
Meski kawasan pulau tersebut relatif kecil, tetapi sebagian besar penduduknya memilih untuk bepergian dengan menggunakan mobil daripada berjalan kaki ataupun bersepeda. Sebab anginnya kencang dan sering hujan.
Merupakan suatu keberuntungan bagi penduduknya, karena gunung api yang ada tersebut masih belum menunjukkan gejala aktivitas vulkanik.
BACA JUGA:Pakaian Hitam Siapa Takut! Ini 6 Cara Mengatasi Ketombe dengan Bahan Alami
Badan Meteorologi Jepang, terakhir kali mengeluarkan peringatan pada tahun 2007. Tetapi hingga saat ini penduduk masih dapat menikmati hamparan panorama yang mempesona Aogashima, dengan tanpa mengkhawatirkan meletusnya gunung api tersebut.(**)