Adapun anak yang lahir pada Selasa Pahing mempunyai jumlah neptu 12. Dimana weton anak ini disebut sebagai pembawa rezeki bagi kedua orang tuanya.
BACA JUGA:Review Poco X6 Pro 5G, Gadgetin Sebut Handphone Tergila hingga Trending di YouTube
Dengan kondisi keuangan kedua orangtuanya yang akan semakin melimpah ruah sepanjang tahun 2024 ini.
Primbon merupakan kitab warisan leluhur Jawa, dimana berorientasi pada relasi antara kehidupan manusia dan alam semesta.
BACA JUGA:Kabar Gembira! Bank BRI Lanjutkan Penyaluran KUR 2024, Ini Syarat dan Cara Pengajuannya
Selain itu, primbon berfungsi sebagai pedoman untuk menentukan sikap dalam suatu tindakan dalam kehidupan kesehariannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, versi daring milik Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dimana primbon didefinisikan sebagai kitab yang berisikan ramalan.
BACA JUGA:Program KUR Mandiri Limit hingga Rp100 Juta, Bisa untuk Modal Usaha Kuliner Ibu Rumah Tangga
Dimana dalam hal tersebut, berisikan buku yang menghimpun berbagai pengetahuan kejawaan, berisi rumus ilmu gaib, weton, sistem bilangan yang pelik untuk menghitung hari mujur, dan mengurus segala macam kegiatan yang penting.
Adapun primbon atau paririmbon berasal dari kata dalam Bahasa Jawa. Dimana primbon secara harfiah berasal dari kata "rimbu" yang berarti simpanan dari bermacam-macam catatan, oleh orang jawa pada zaman dahulunya.
BACA JUGA:Dana Desa Tiap Desa 2024 Konawe Utara 2, Sulawesi Tenggara: Ini Rinciannya
Setelah itu, primbon kemudian diturunkan atau disebarluaskan kepada generasi berikutnya. Ada juga yang berpendapat bahwa nama primbon berasal dari kata "mbon" atau "mpon" yang dalam bahasa Jawa berarti induk yang ditambah awalan pri untuk meluaskan pada kata dasar.
Dimana isi primbon Jawa sebagian besar berisi bahasan mengenai perhitungan, perkiraan, peramalan nasib, meramal watak manusia, dan lain sebagainya.
BACA JUGA:Dana Desa Tiap Desa 2024 di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara: 2 Desa 1 Miliar
Adapun perhitungan serta ramalan yang beragama itu, menggunakan penanggalan atau kalender sebagai dasarnya, yang terdiri dari gabungan sedemikian rupa dari hari dan weton.
Sejak zaman dahulu, perhitungan waktu dengan menggunakan kalender Jawa, sudah digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya untuk menentukan waktu bercocok tanam atau pun acara peringatan.