BCA Pastikan Likuiditas Aman dengan LDR 72,7 Persen di Semester I-2024

Rabu 24-07-2024,20:34 WIB
Reporter : Heri Aprizal
Editor : Heri Aprizal

JAKARTA, RAKYATBENGKULU.COM - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memastikan bahwa kondisi likuiditas perusahaan tetap dalam keadaan yang sangat baik.

Hal ini ditunjukkan dengan loan to deposit ratio (LDR) yang tercatat sebesar 72,7 persen hingga paruh pertama (H1) atau semester pertama tahun ini.

"BCA termasuk yang sangat likuid, dengan LDR sekitar 72 persen. Artinya, pinjaman yang kami salurkan dibandingkan dengan deposit yang ada hanya 72 persen," ujar Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, dalam konferensi pers virtual Paparan Kinerja Semester I 2024 di Jakarta, Rabu.

"Dibandingkan dengan pasar, saya kira berada di sekitar 85 persen," katanya.

BACA JUGA:Tingkatkan Kesehatan Masyarakat, BCA Gelar Operasi Katarak Gratis hingga ke Bengkulu Tengah

BACA JUGA:BCA Mobile Menghadirkan Kemudahan Transaksi Perbankan, Ada 6 Keuntungan bagi Nasabah

Rasio LDR BCA mengalami peningkatan sebesar 7 persen secara tahunan (YoY) dibandingkan dengan LDR pada semester I 2023 yang mencapai 65,7 persen. Pada kuartal I 2024, LDR BCA tercatat sebesar 71,2 persen.

Dengan likuiditas yang sangat baik, Jahja menegaskan bahwa BCA tidak merasakan adanya pengetatan likuiditas. Menurutnya, pengaruh dari likuiditas biasanya tercermin dari suku bunga, terutama suku bunga deposito.

"Kalau kita lihat di pasar, memang terjadi kenaikan suku bunga deposito. Ini menandakan pasar semakin ketat," kata Jahja.

"Meskipun begitu, ada bank seperti BCA dan beberapa bank lain yang sangat likuid, tapi tentu ada juga bank-bank yang membutuhkan likuiditas," ujarnya.

BACA JUGA:Pemerintah Siapkan Insentif untuk Mobil Hybrid di Indonesia

BACA JUGA:5 Minuman Cegah Perut Buncit, Sangat Baik untuk Dikonsumsi

Sebagai bank, Jahja menekankan bahwa BCA menjalankan fungsi intermediasi yang menerima dana dari masyarakat dan menyalurkannya sebagai kredit.

Namun, apabila terdapat kelebihan likuiditas, bank akan mencari penempatan dana sementara, seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

"Kalau dibilang, ‘Aduh enak, taruh saja dana di surat berharga negara (SBN) atau SRBI, bank sudah profit’. Ya, betul, tetapi itu bukan tujuan utama bank. Jika ada kelebihan likuiditas, tidak mungkin dianggurkan dalam bentuk tunai. Maka kami cari penempatan sementara," jelas Jahja.

Tags :
Kategori :

Terkait