BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Harga biji kopi robusta super kembali mengalami penurunan. Terkini, harga kopi tersebut turun dari harga Rp 56.000 menjadi Rp 53.000, sedangkan kopi robusta asalan harganya dibawah Rp 50.000.
Harga yang terus merosot, membuat kekhawatiran bagi petani kopi karena panen kopi bulan Juli - Agustus 2024 adalah puncak panen yang berlimpah.
Muhamad Juki (45) warga Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu menuturkan, harga kopi robusta super ini terus mengalami penurunan. Jika seminggu lalu harga kopi masih Rp 56.000, hari ini turun diharga Rp 53.000.
"Turun Rp 3.000 dari hari Minggu lalu, dan memang stok kopi robusta super ini cukup banyak saat puncak panen dan penghapusan pada akhir Agustus mendatang," terang Muhamad Juki, Selasa 6 Agustus 2024.
BACA JUGA:Harga Meja Kayu Solid Terbaik dan Termurah di Kota Bengkulu
BACA JUGA:Sambut HUT RI ke-79, Driver OPD Dilingkup Pemprov Bengkulu Ikuti Lomba Mancing
Turunnya harga kopi super sebesar Rp 3.000 per kilogramnya dikarenakan banyak stok biji kopi robusta super yang dipanen petani.
"Jika melihat tahun-tahun sebelumnya, turunnya harga kopi setiap bulan Agustus dan akan naik kembali menjelang akhir tahun sehingga banyak petani menyimpan kopi kering yang belum digiling di rumah," kata Muhamad Juki.
Sementara itu, salah satu pemilik gudang pengepul biji kopi super di Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong, Rodi (46) mengatakan sekitar seminggu yang lalu dirinya masih membeli kopi super dari petani dengan harga Rp 70.000.
Dan turun lagi menjadi Rp 56.000, serta hari ini hanya Rp 53.000 per kilogramnya untuk kopi robusta super.
BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Gelar Pasar Murah Terintegrasi Sebagai Upaya Pengendalian Inflasi
BACA JUGA:Wow, Ini 6 Manfaat Bedak Kelly yang Sering Dipandang Sebelah Mata
"Sedangkan untuk jenis kopi asalan malah pecah dari Rp 50.000 bahkan sampai Rp 46.000 per kilogramnya," kata Rodi.
Turunnya harga biji kopi super perkilogramnya, kata Rodi tidak bisa diprediksi tergantung dari permintaan pasar dan stok yang tersedia.
"Tidak bisa diprediksi terlalu jauh karena memang tergantung dari permintaan pasar, seperti dari Lampung dan Surabaya. Apakah terus merosot pada puncak panen bulan Agustus tak bisa kita pastikan," demikian Rodi.