Wabah Penyakit Ngorok Mengganas, 78 Sapi dan Kerbau di Kaur Mati dalam Dua Minggu

Kamis 17-10-2024,09:30 WIB
Reporter : Febi Elmasdito
Editor : Febi Elmasdito

BENGKULU,RAKYATBENGKULU.COM -  Wabah penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) semakin mengkhawatirkan di Kabupaten Kaur.

Dalam waktu kurang dari dua minggu, sebanyak 78 ekor sapi dan kerbau dilaporkan mati akibat serangan penyakit ini.

Penyakit yang menyerang saluran pernapasan hewan ternak ini menular dengan sangat cepat, memicu kekhawatiran di kalangan peternak.

Dinas Pertanian Kaur menyuarakan sirine darurat, mengimbau peternak agar tidak membiarkan ternak mereka berkeliaran di luar kandang demi mencegah penularan lebih lanjut.

BACA JUGA:Spesifikasi Dimensi dan Kapasitas Honda CB150R Streetfire: Motor Sport yang Ideal

BACA JUGA:Spesifikasi Lengkap Honda Sonic 150R: Performa Tinggi dengan Teknologi Terkini

"Untuk warga Kaur yang mempunyai hewan ternak sapi dan kerbau, sementara kandangkan dulu. Karena wabah penyakit ngorok semakin mengganas," tegas Kepala Dinas Pertanian Kaur, Kastilon Sirat S.Sos melalui Kabid Peternakan, drh. Rakhmad Fajar dikutip KORANRB.ID.

Rakhmad menjelaskan bahwa risiko kematian sangat tinggi bagi ternak yang terjangkit.

Hewan yang sudah terinfeksi penyakit ngorok hampir dipastikan akan mati.

Saat ini, pihaknya juga belum menerima bantuan vaksin penangkal virus ini.

BACA JUGA:Pilihan Aksesoris dan Apparel Honda CB150 Verza untuk Kenyamanan dan Gaya

BACA JUGA:Fitur Modern Honda Genio: Teknologi Canggih untuk Berkendara Lebih Aman dan Nyaman

Selain ketiadaan vaksin, stok obat-obatan di Kaur pun sangat terbatas, membuat upaya pencegahan dan penanggulangan menjadi lebih sulit.

Dinas Pertanian Kaur saat ini sedang berusaha mendapatkan bantuan vaksin dari Kementerian Pertanian melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bengkulu.

Namun, hingga kini belum ada kepastian mengenai kapan vaksin tersebut akan tersedia.

"Selama vaksin belum ada, kami mengimbau agar peternak segera mengandangkan ternaknya dan mencegah penularan lebih lanjut," tambah Rakhmad.

BACA JUGA:Razia Panti Pijat di Mukomuko, Satpol PP Pastikan Nihil Praktik Prostitusi Terselubung Jelang Pilkada 2024

BACA JUGA:Operasi Zebra Nala 2024 Minggu Pertama, Polresta Bengkulu Fokus pada Edukasi Lalu Lintas

Kasus kematian ternak akibat penyakit ini paling banyak terjadi di Kecamatan Tanjung Kemuning.

Pada tanggal 8 Oktober, sebanyak 15 ekor kerbau dilaporkan mati dalam satu hari di wilayah tersebut.

"Paling banyak kasus terjadi di Kecamatan Tanjung Kemuning, 15 ekor kerbau mati dalam tempo waktu satu hari," ungkap Rakhmad.

Penyakit ngorok disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida, yang menyerang saluran pernapasan hewan ternak seperti sapi dan kerbau.

BACA JUGA:Dugaan Korupsi Pembangunan Puskeswan Bengkulu Tengah, Kerugian Negara Capai Rp2,3 Miliar dari 10 Tersangka

BACA JUGA:Menarik! Hunter Moon Dapat Disaksikan di Indonesia pada Oktober 2024, BMKG Pastikan Aman

Penyakit ini sering kali menyerang saat musim hujan, terutama pada ternak yang belum memiliki kekebalan tubuh yang cukup.

Tanpa penanganan yang tepat, penyakit ini dapat berakibat fatal bagi populasi ternak di daerah terdampak.

Dinas Pertanian Kaur berkomitmen untuk terus memantau situasi dan berupaya keras mendapatkan vaksin secepatnya.

Masyarakat diminta untuk waspada dan segera melapor jika menemukan gejala penyakit ini pada ternak mereka.

 

 

Kategori :