Dengan jumlah penduduk sekitar 802 jiwa, masyarakat desa ini terdiri dari berbagai suku, seperti Bali, Jawa, Batak, Serawai, dan Dayak.
BACA JUGA:Targetkan BRI Liga 1 Bisa Bersaing di Level Asia
BACA JUGA:BRIlife Hadirkan Beragam Produk dengan Aneka Proteksi, Pendidikan, Kecelakaan Hingga Jiwa
Agama yang dianut di desa ini juga beragam; Islam, Hindu, Kristen Katolik, dan Protestan hidup berdampingan.
“Di sini, umat Islam dan Hindu hampir seimbang, yaitu 347 umat Muslim dan 332 Hindu. Gereja, pura, dan masjid berdiri berdampingan di tengah pemukiman,” terangnya.
Menariknya, beberapa bangunan ibadah dijaga oleh umat agama lain, menunjukkan bentuk toleransi yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.
Made melanjutkan, karena agama merupakan pegangan hidup, dan ia membiarkan anak-anaknya memilih keyakinan mereka sendiri setelah mereka dewasa.
BACA JUGA:KUR BRI Semakin Mempermudah Debitur Kembangkan Usaha, Bunga Kecil Pencairan Cepat
"Anak saya, ketika masih kecil saya didik sesuai dengan keyakinan saya, tetapi setelah besar, jika dia yakin dan percaya untuk pindah (agama), saya tidak memaksakan, asalkan dia tidak kembali ke agama sebelumnya. Karena agama bukanlah hal yang dipermainkan. Jika dia yakin dengan keyakinan barunya, lebih baik daripada kita memaksakan," ungkap Made.
Kemudian ia mengenang momen berharga saat keluarga merayakan perbedaan agama, terutama saat berduka.
“Ketika orang tua kami meninggal, kami berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Inilah indahnya perbedaan,” katanya.
Melalui cerita ini, Made berharap nilai toleransi dan kerukunan yang ada di Desa Air Petai bisa menjadi contoh bagi daerah lain.
BACA JUGA:Mau Nabung Emas? Pilih di BRImo Aja Yuk
BACA JUGA:Kelompok Petani Durian di Pekalongan Makin Berkembang Berkat Pemberdayaan BRI
Tak hanya dari Kades, tokoh agama juga memberikan perspektif yang berharga. Jhon Heri, tokoh agama Muslim, menekankan pentingnya memahami tujuan kegiatan agama lain.