“Kita harus menghormati agama lain. Misalnya, saat umat Hindu menggelar ngaben, kita tidak hanya datang sebagai undangan, tetapi juga harus memaknai acara tersebut,” ungkapnya.
Ini adalah salah satu bentuk nyata dari Bhinneka Tunggal Ika yang diimplementasikan oleh masyarakat desa.
Sementara itu, Parjia, tokoh agama Hindu, menyampaikan pentingnya saling menghargai dan mengerti dalam keberagaman.
BACA JUGA:BRI Raih Penghargaan, Ketahui Lokasi ATM BRI di Palembang dan Program Bagi UMKM
BACA JUGA:Asmara di Tahun Ular Kayu 2025: Ramalan Cinta Shio Kambing, Anjing dan Kelinci
“Kita semua bersaudara meskipun berbeda agama. Hubungan kita dengan Tuhan dan lingkungan adalah hal yang penting,” ujarnya.
Ia juga berbagi tentang kegiatan bersama antarumat beragama, seperti perayaan ogo-ogo yang melibatkan semua warga desa.
Ini menunjukkan bahwa kerukunan bukan hanya slogan, tetapi direalisasikan dalam tindakan sehari-hari.
Bendot Margono, seorang pemuda lintas agama Desa Air Petai, menambahkan bahwa keluarga mereka terdiri dari berbagai agama dan suku.
BACA JUGA:Ramalan Shio Macan, Naga, dan Ayam 2025: Proyek Baru di Tahun Ular Kayu
BACA JUGA:Jemput Bola Hingga SD, Dukcapil Bengkulu Pastikan Seluruh Anak Miliki KIA
“Kami saling mendukung dan merayakan perbedaan. Pendidikan tentang toleransi sudah ditanamkan sejak kecil, dan kami siap menjaga keamanan bersama,” katanya.
Melalui dialog yang terjadi antara mahasiswa dan masyarakat, harapan untuk menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan harmonis di tengah perbedaan semakin terwujud.