
RAKYATBENGKULU.COM - Healing sering banget jadi alasan buat ngilang sebentar dari rutinitas yang melelahkan.
Tapi, sadar nggak sih kalau kadang yang kita sebut healing itu malah lebih ke escapism alias kabur dari kenyataan? Terus, di mana posisi self-care dalam hal ini? Yuk, bahas satu per satu biar nggak salah kaprah!
Healing itu proses pemulihan. Bisa secara fisik, mental, atau emosional. Misalnya, kalau lagi stres berat karena kerjaan, healing bisa dilakukan dengan liburan, meditasi, journaling, atau sekadar ngobrol sama teman dekat. Intinya, healing itu punya tujuan, yaitu bikin diri lebih baik, bukan sekadar menghindari masalah.
BACA JUGA:7 Alasan untuk Lebih Banyak Mengonsumsi Buah Citrus, Termasuk Mencegah Batu Ginjal
BACA JUGA:Dukcapil Seluma Permudah Pengurusan Dokumen Kependudukan, Warga Tak Perlu Datang ke Kantor
Tapi, healing yang terlalu sering tanpa evaluasi bisa bikin kita stuck. Misalnya, setiap ada masalah, langsung lari ke “healing” tanpa nyari solusi. Itu malah jadi escapism, bukan healing yang sebenarnya.
Selanjutnya , Self-care lebih ke cara merawat diri supaya nggak gampang tumbang. Beda sama healing yang fokus ke pemulihan, self-care lebih ke tindakan preventif. Contohnya:
• Tidur cukup biar nggak burnout
• Makan makanan bergizi supaya tubuh fit
• Olahraga rutin buat jaga kesehatan mental dan fisik
• Melakukan hobi biar tetap waras
BACA JUGA:Pemkab Kaur Luncurkan Medsos 'Lapor Pak' untuk Serap Aspirasi Masyarakat
BACA JUGA:Menyentuh Langsung Masyarakat, Berikut 6 Program Prioritas Bupati Kaur
Self-care itu penting karena kalau dijaga dengan baik, kita nggak akan terlalu sering butuh healing.
Tapi, kalau self-care dipakai buat alasan mager atau nggak mau ngapa-ngapain, itu bisa jadi escapism juga.