
Dan terakhir ada Escapism, ini yang sering disalahpahami sebagai healing. Escapism itu lebih ke tindakan menghindari masalah tanpa menyelesaikannya. Contohnya:
• Nonton drama berjam-jam biar nggak mikirin kerjaan
• Terus-terusan liburan supaya lupa sama masalah pribadi
• Shopping nggak terkontrol buat pelampiasan stres
BACA JUGA:Tetap Bugar: 6 Jenis Buah Terbaik Dikonsumsi saat Buka Puasa
BACA JUGA:Kenapa Kita Sering Nggak Nyambung Saat Bahas Cowok dan Karier Sama Teman? Ini Penjelasannya!
Sekilas, escapism bisa bikin tenang, tapi efeknya sementara. Setelahnya, masalah tetap ada dan bahkan bisa makin besar. Kalau terus-terusan lari, kita nggak akan berkembang dan bakal sulit menghadapi kenyataan.
Healing dan self-care bagus kalau tujuannya untuk recharge energi dan menjaga kesehatan mental. Kalau kamu merasa lebih segar, lebih produktif, dan lebih siap menghadapi hidup setelah melakukannya, berarti itu memang healing yang sehat.
Tapi, kalau kamu jadi sering menghindari tanggung jawab, makin malas, atau bahkan merasa kosong setelah “healing”, itu tandanya kamu masuk ke escapism.
BACA JUGA:Kesehatan Darah: Jenis Buah yang Bisa Menambah Trombosit Secara Alami
BACA JUGA:Kenapa Kita Sering Nggak Nyambung Saat Bahas Cowok dan Karier Sama Teman? Ini Penjelasannya!
Jadi, Apa yang Harus Dilakuin?
1. Evaluasi tujuan healing – Apakah ini benar-benar buat pemulihan atau cuma pelarian?
2. Jaga keseimbangan – Self-care itu penting, tapi jangan sampai bikin kamu jadi terlalu nyaman sampai nggak mau keluar dari zona nyaman.
3. Hadapi masalah perlahan – Kalau ada masalah, cari solusinya, bukan sekadar lari dari kenyataan.
Healing itu perlu, self-care itu wajib, tapi escapism yang berlebihan malah bisa jadi jebakan. Jadi, pastiin setiap tindakan yang kamu ambil benar-benar buat kebaikan diri sendiri, bukan sekadar lari dari realitas!