Namun di balik layar, mereka mungkin merasa kurang dihargai di dunia nyata, sehingga mencari pelarian di media sosial.
2. Berlebihan dalam Menunjukkan Gaya Hidup Mewah
Memamerkan barang mewah seperti mobil mahal secara berlebihan bisa menjadi tanda berusaha menutupi ketidakbahagiaan.
Mereka ingin terlihat sukses di mata orang lain, meskipun mungkin secara finansial sedang terbebani atau mengalami tekanan emosional.
Flexing yang dilakukan secara berulang sering kali bukan sekadar berbagi kebahagiaan.
3. Sering Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Orang yang tidak benar-benar bahagia cenderung sering membandingkan hidup mereka dengan orang lain.
BACA JUGA:Polres Mukomuko Gelar Tarawih Keliling untuk Jaga Kamtibmas Selama Ramadan 2025
Alih-alih menikmati apa yang mereka miliki, mereka berusaha membuktikan bahwa hidup mereka lebih baik di media sosial.
Akibatnya, mereka terjebak dalam siklus membandingkan dan memamerkan.
4. Menghindari Realitas dan Masalah Pribadi
Flexing di media sosial bisa menjadi mekanisme pelarian dari masalah kehidupan nyata.
Mereka yang tidak bahagia mungkin merasa sulit menghadapi tantangan atau kekurangan dalam hidupnya.
Sehingga memilih menciptakan gambaran hidup sempurna di dunia maya.
BACA JUGA:Fenomena Pertemanan Online, Temenan di Medsos Tapi Gak Pernah Ketemu?