
RAKYATBENGKULU.COM – Film “GJLS: Ibuku Ibu-Ibu” bukan hanya suguhan komedi biasa, tapi juga refleksi satir terhadap kondisi pemuda Indonesia saat ini.
Di balik tawa yang meledak-ledak, film ini menyuguhkan potret rapuhnya generasi muda yang dibebani utang pinjol, kecanduan judi daring, hingga kehamilan di luar nikah—isu yang makin marak dan nyata di tengah masyarakat.
Film ini merupakan debut layar lebar dari trio komika GJLS: Rigen Rakelna, Hifdzi Khoir, dan Rispo Ananta.
Mereka memerankan karakter yang tak jauh dari realitas sosial pemuda urban.
BACA JUGA:Layanan SIM di Mukomuko Tutup Sementara Usai Idul Adha, Akan Dibuka Kembali 10 Juni 2025
Cerita dibuka dengan kematian istri Tyo (diperankan Bucek Depp), seorang pemilik kosan.
Namun, duka itu malah jadi celah bagi ketiga anaknya untuk memanfaatkan sang ayah demi menyelamatkan kondisi keuangan mereka yang hancur lebur.
Alur film semakin absurd ketika Tyo justru berniat menikahi Feni (Nadya Arina), seorang SPG muda penghuni kosnya, dan bahkan hendak mewariskan seluruh aset padanya.
Keputusan ini membuat ketiga anaknya panik, curiga, dan memulai aksi sabotase yang penuh kekacauan.
BACA JUGA:Harga Emas di Bengkulu Selatan Stabil di Awal Juni 2025, Ini Rinciannya!
BACA JUGA:Tak Lama Lagi, Jemaah Haji Mukomuko Pulang! Ini Rute dan Jadwal Penjemputannya
Kehadiran Sumi (Luna Maya), teman lama Tyo, makin memperkeruh suasana dengan aroma cinta lama yang tak kalah menyesatkan.
Keunikan film ini terletak pada pendekatannya yang mengikuti gaya mumblecore—subgenre film yang mengandalkan improvisasi dialog, situasi sehari-hari, dan minim simbolisme.
Improvisasi menjadi tulang punggung produksi ini. Bahkan bloopers alias kesalahan adegan disisipkan sebagai bagian dari narasi komedi.