
Dalam berbagai upacara adat, melati sering muncul sebagai bunga penghias.
Mulai dari pernikahan tradisional, sesaji keagamaan, sampai upacara kenegaraan.
Warga Jawa, misalnya, mengenal “melati putih” sebagai lambang kesucian pengantin.
Sedangkan di Bali, melati kerap digunakan dalam persembahan kepada para dewa.
BACA JUGA:Utang Proyek Rp37 Miliar, Pemkab Seluma Janji Bayar di APBD Perubahan
BACA JUGA:Bupati Tak Hadir Saat Aksi Damai, Honorer Seluma Minta DPRD Fasilitasi Hearing PPPK Tahap II
Selain itu, melati juga punya filosofi yang kuat.
Meski kecil dan tak mencolok, ia menyebarkan wangi ke mana-mana.
Seolah mengingatkan bahwa nilai seseorang tak diukur dari penampilan, tapi dari manfaat yang bisa diberikan untuk sekitar.
Simbol ini pas sekali dengan nilai-nilai luhur dalam budaya Indonesia yang rendah hati, bermanfaat, dan setia.
Jadi, kalau melihat bunga melati mekar di halaman rumah, jangan anggap itu cuma bunga biasa.
Ia adalah lambang keindahan yang diam-diam bekerja.
Tenang, tapi penuh pengaruh. Lahir di bulan Juni bukan cuma tentang waktu, tapi juga tentang makna yang dibawa bunga sederhana ini.