Melalui riset ini, tim menciptakan film tipis sublingual (ditempatkan di bawah lidah) yang mampu melepaskan zat aktif charantin secara cepat dan efisien.
Metode ini memungkinkan penyerapan langsung ke aliran darah tanpa harus melewati sistem pencernaan, sehingga efeknya lebih cepat terasa dan dosis yang dibutuhkan lebih sedikit.
BACA JUGA:PKPS STIA Bengkulu 2025, Sambut Mahasiswa Baru dengan Kepedulian Lingkungan
BACA JUGA:STIA Bengkulu Gaungkan Aksi Cinta Pantai, Mahasiswa Baru Bersihkan Pantai Panjang
Tak berhenti di situ, inovasi ini juga memanfaatkan teknologi glucose-response polymer, yaitu polimer pintar yang dapat mendeteksi kadar gula darah dan hanya melepaskan obat ketika terjadi kondisi hiperglikemia (kadar gula tinggi).
Dengan demikian, sistem ini bekerja secara selektif sesuai kebutuhan tubuh, sekaligus mengurangi risiko hipoglikemia atau kadar gula darah terlalu rendah.
Inovasi untuk Masa Depan Terapi Diabetes
Menurut Findika Affandi, inovasi ini lahir dari kepedulian terhadap tingginya angka penderita diabetes di Indonesia dan keterbatasan pengobatan konvensional.
“Kami ingin menghadirkan solusi yang lebih aman, cepat, dan efektif dengan memanfaatkan bahan alami seperti buah pare. Inovasi ini menjadi langkah kecil menuju terapi yang lebih cerdas dan berkelanjutan,” ujar Findika.
BACA JUGA:UI Buka Prodi Sarjana Kecerdasan Artifisial, Siap Cetak Inovator AI Nasional
BACA JUGA:Proses Pelantikan PPPK Tahap II di Mukomuko Hampir Rampung, Begini Jadwalnya
Ia juga menambahkan bahwa penelitian ini menjadi bukti bahwa bahan alami lokal seperti pare dapat dikembangkan secara ilmiah dengan pendekatan teknologi modern.
Harapannya, hasil riset ini tidak hanya berhenti di tingkat kampus, tetapi dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi produk farmasi inovatif yang bermanfaat luas bagi masyarakat.
Sinergi Ilmu dan Kearifan Lokal
Inovasi mahasiswa Unhas ini memperlihatkan bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi dapat bersinergi dengan kekayaan alam Indonesia.
Buah pare, yang selama ini dikenal dengan rasa pahitnya, kini menjelma menjadi bahan utama dalam sistem penghantaran obat cerdas yang potensial menyelamatkan jutaan penderita diabetes.
Dengan riset ini, Universitas Hasanuddin tidak hanya berkontribusi pada pengembangan ilmu farmasi, tetapi juga membuka peluang baru dalam industri obat herbal modern.
Jika dikembangkan lebih lanjut, sistem penghantaran cerdas berbasis pare ini berpotensi menjadi salah satu solusi alami yang aman, efektif, dan ramah lingkungan untuk terapi diabetes melitus tipe 2 di masa depan.