Pengurusan Izin BPOM Terkendala Covid-19
KEPAHIANG – Wabah Covid-19 selain berdampak pada tatanan pemerintahan dan perekonomian, ternyata juga berdampak pada sektor pengembangan produksi hasil pertanian. Sebagaimana proses pengurusan izin di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait empat jenis peningkatan produksi hasil pertanian dan hasil bumi Desa Batu Ampar (Batam) Kecamatan Merigi. Seharusnya izin BPOM untuk produk desa seperti gula aren, kolang kaling, kopi bubuk dan rebung sudah bisa rampung sebelum lebaran Idul Fitri 1441 H. Lantaran wabah Covid-19 BPOM belum bisa melakukan pendampingan. Kepala Desa Batu Ampar Harwan Iskandar mengungkapkan, hingga saat ini pihaknya masih membutuhkan pendampingan dari BPOM sebelum akhirnya keluar izin untuk empat jenis produk desa yang tengah dikembangkan saat ini. Ia mengatakan ada beberapa pelaku usaha dari empat produk desa yang sedang mempersiapkan peningkatan produksi guna menjangkau pasar yang lebih luas. “Untuk pengelolaan rebung ada dua pelaku usaha dengan produksi 500 kg per hari yang dijual ke Kota Bengkulu dan Palembang. Produk dalam bentuk lemea, rebung asam dan rebung manis,” terang Harwan. Untuk produksi aren ada lima pelaku usaha yang dalam satu hari mampu menghasilkan 50 kg gula aren untuk dijual ke luar kabupaten. Kemudian dua pelaku usaha kopi bubuk yang juga tiap harinya mampu memproduksi 50 kg. “Sementara untuk produksi kolang kaling memang musiman. Ada empat pelaku usaha yang ada di desa. Setiap musimnya mampu memproduksi 4 ton kolang kaling untuk dijual ke luar. Setiap musim itu kisaran waktu tiga bulanan. Namun kita berupaya ke depan produksi kolang kaling ini tidak tergantung musim,” ujarnya. Dari empat jenis produk desa tersebut, saat ini masyarakat Desa Batam masih terus melakukan peningkatan khususnya terhadap produksi gula aren dan rebung. Sejauh ini masyarakat secara gotong royong menanam sekitar 500 batang aren di lahan seluas 200 hektare. “Kita targetkan tahun ini bisa menanam sekitar 10.000 batang aren. Dimana dalam 1 hektare kita bisa menanam sebanyak 50 pohon aren, karena masih menumpang lahan di perkebunan milik warga,” bebernya. Sementara untuk produksi rebung, desa dengan penduduk 695 jiwa dan 201 Kepala Keluarga (KK), juga mulai menanam bibit bambu di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Air Donok dan Air Besi. Saat ini sudah 500 bibit bambu ditanam aliran kedua sungai tersebut sepanjang 2 kilometer. “Desa kita ini memiliki luas 791,94 hektare dengan 291,48 diantaranya lahan perkebunan, 6,01 hektare kawasan permukiman dan 494,45 hektare kawasan hutan. Jadi memang sangat potensial untuk pengembangan lebih lanjut hasil-hasil produksi alam, dengan tetap berpatokan pada aturan konservasi sumber daya alam yang ada,” demikian Harwan. (sly)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: