Produksi Masal Antivirus, Kementan Hanya Meneliti, Produksi Oleh Swasta
JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim telah berhasil mengembangkan produk antivirus berbasis Eucalyptus. Produk ini diyakini dapat membunuh virus Influenza hingga virus corona. Dilaunching pada Mei 2020 lalu, produk akan dikembangkan lagi dan diproduksi masal dalam waktu dekat.
Rencana ini dibeberkan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo usai rapat bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Jakarta. Dia menyampaikan, Badan Litbang Kementan (Balitbangtan) telah berhasil meneliti antivirus yang tengah dikembangkan dalam bentuk kalung antivirus. Hasil tersebut diperoleh setelah melakukan penelaahan terhadap 700 jenis pohon kayu putih, di mana satu diantaranya terbukti membunuh virus corona.
Kalung tersebut, menurut dia, dapat melumpuhkan 42 persen virus corona saat digunakan 15 menit. Bila dikenakan lebih lama, 30 menit misalnya, kalung bisa mematikan 80 persen virus corona dalam tubuh. ”Kami yakin bulan depan bisa cetak masal,” ujarnya.
Selain kalung, pihaknya pun sudah menciptakan produk berbasis eucalyptus lainnya. Seperti roll on yang diyakini banyak manfaat juga. Kepala Badan Litbang Pertanian Kemen Fadjry Djufry menambahkan, antivirus buatan Balitbangtan Kementan ini telah berhasil mendapatkan hak patennya. Diantaranya untuk produk inhaler dan roll on yang telah mendapat izin edar BPOM. Sementara, kalung aromaterapi sedang berproses.
Pihaknya pun telah bekerja sama dengan PT. Eagle Indo Pharma (Cap Lang) untuk pengembangan dan produksinya. ”Penandatanganan perjanjian Lisensi Formula Antivirus Berbasis Minyak Eucalyptus ini telah dilaksanakan di Bogor pada pertengahan Mei lalu,” ujarnya dalam keterangan resminya, kemarin (4/7).
Fadjry mengatakan, upaya ini merupakan bagian dari ikhtiar pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam menyikapi pandemi Covid-19. Langkah ini juga diharapkan dapat menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menghargai dan mendukung karya anak bangsa. Dalam hal ini, tim peneliti Balitbangtan. Menurutnya, Virologi Kementan pun sudah melakukan penelitian sejak 10 tahun lalu dan tak asing dalam menguji golongan virus corona ini. Seperti influenza, beta corona dan gamma corona.
Lebih lanjut dia menjelaskan, bahwa Eucalyptus selama ini memang dikenal banyak manfaatnya. Selain mampu bekerja melegakan saluran pernapasan, tanaman dari suku jambu-jambuan atau Myrtaceae ini juga dapat menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, hingga mencegah penyakit mulut.
Nah, dari penelitian yang dilakukan, kata dia, minyak atsiri eucalyptus citriodora bisa menjadi antivirus terhadap virus avian influenza (flu burung) subtipe H5N1, gamma corona virus, dan betacoronavirus. Penemuan tersebut disimpulkan setelah melalui uji molecular docking dan uji in vitro di Laboratorium Balitbangtan. Lab ini pun telah mengantongi sertifikat level keselamatan biologi atau biosafety level 3 (BSL 3).
”Setelah kita uji, ternyata Eucalyptus sp. yang kita uji bisa membunuh 80-100 persen virus mulai dari avian influenza hingga virus corona,” paparnya. Melihat hasil uji yang baik, pihaknya pun melanjutkan ke penggunaan nanoteknologi agar kualitas hasil produknya lebih bagus.
Bahan aktif utamanya, lanjut dia, terdapat pada cineol-1,8 yang memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus melalui mekanisme M pro. M pro adalah main protease (3CLPro) dari virus corona yang menjadi target potensial dalam penghambatan replikasi virus corona.
Penelitian menunjukkan Eucalyptol ini berpotensi mengikat protein Mpro sehingga menghambat replikasi virus. Manfaat tersebut dapat terjadi karena 1,8 cineol dari eucalyptus disebut eucalyptol dapat berinteraksi dengan transient receptor potential ion chanel yang terletak di saluran pernapasan
Hal ini didukung dengan berbagai studi lainnya, di mana dikatakan bahwa obat ini hanya cukup 5-15 menit diinhalasi akan efektif bekerja sampai ke alveolus. Artinya, dengan konsentrasi 1 persen saja sudah cukup membunuh virus 80-100 persen.
Terkait dengan banyaknya keraguan terhadap antivirus ini, Fadjry tidak memberikan jawaban pasti. Dia hanya mengatakan jika saat ini, banyak negara yang berlomba-lomba menemukan antivirus corona begitupun di Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian dan Lembaga (K/L) terus mencoba mencari cara dan menemukan obat untuk mencegah serta menangani virus corona (Covid-19) yang masih mewabah di Indonesia.
”Ini bukan obat oral, ini bukan vaksin, tapi kita sudah lakukan uji efektivitas, secara laboratorium secara ilmiah kita bisa buktikan. Paling tidak ini bagian dari upaya kita,” jelas Fadjry.
Selain itu, imbuh dia, minyak eucalyptus ini juga sudah turun-menurun digunakan orang dan sampai sekarang tidak ada masalah. Meskipun berbeda sebenarnya dg Eucalyptus yang diteliti pihaknya, tetapi masih satu famili hanya beda genus di taksonomi.
Ia pun menegaskan bahwa produk ini berbeda dengan shut out dari Jepang. ”Produk kalung dari Jepang sudah ditarik seluruh dunia karena zat berbahaya mengandung klorin,” tegasnya. Klorin merupakan iritan yang berat pada saluran napas dan mata. Beda dengan Eucalyptus yang merupakan berbahan alami.
Sebagai informasi, kalung shut out sebelumnya ramai diburu masyarakat karena diklaim bisa mengusir Covid-19. Tapi ternyata, dalam perjalanannya kalung tersebut terbukti mengandung klorin (chlorine) yang justru berisiko bagi kesehatan manusia. Karena klorin yang tergolong desinfektan bukan untuk digunakan ke permukaan makhluk hidup. Jika dalam kadar tinggi, klorin bahkan bisa menyebabkan rabun pada manusia hingga iritasi pada saluran pernapasan, menimbulkan batuk, nyeri tenggorokan, iritasi kulit, dan mata. (mia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: