BANNER KPU
HONDA

Biaya Keruk Alur Pelabuhan Capai Rp 60 Miliar per Tahun, Pelindo Kaji Pemanfaatan Pasir

Biaya Keruk Alur Pelabuhan Capai Rp 60 Miliar per Tahun, Pelindo Kaji Pemanfaatan Pasir

BENGKULU - Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu yang berada persis di laut barat Sumatera berhadapan langsung dengan Samudera Hindia membuat kolam pelabuhan menjadi cepat terjadi pendangkalan. Hal ini seperti diungkapkan GM Pelindo II Cabang Bengkulu, Silo Santoso.

Silo menjelaskan, pada September 2019 lalu sebetulnya sudah dilakukan pengerukan dengan kedalaman 10 meter. Namun, pada tahun ini kembali terjadi pendangkalan yang ada spot-spot tertentu kedalamannya hanya berkisar 5 meter dari total keseluruhan panjang alur 3 kilometer.

"Betul sekali ya, rahmat dan karunia Allah yang berlimpah di Bengkulu selain batu bara adalah pasir. Kita adalah salah satu pelabuhan yang tercepat pendangkalannya karena kita berada persis di laut barat Sumatera. Kita berhadapan langsung dengan laut lepas dengan iklim dan struktur laut seperti itu sehingga mempercepat pedangkalan," ungkap Silo Santoso, Minggu (19/7).

Untuk itu, pihaknya berencana, nanti sedang diproses untuk pengerukan kembali. Diperkirakan pada September atau akhir Agustus itu akan dikeruk kembali. "Kita juga sedang melakukan study 14 bulan untuk mengamati bagaimana prilaku gelombang dan pantai yang ada di Bengkulu. Itu sudah berlangsung 6 bulan. Nanti hasilnya seperti apa, treatmentnya akan menjadi acuan kita ke depan," sampai Silo Santoso.

Silo menjelaskan, pendangkalan tersebut memang sangat cepat. Bahkan ketika dilakukan pengerukan dalam setahun bisa mendapatkan hampir 600 ribu meter kubik pasir dalam sekali keruk. "Pasir di laut kita ini memang agak liat ya, kalau sudah bercampur air, dia liat sekali sehingga membutuhkan kapal keruk khusus. Kalau tidak dikeruk terjadi pedangkalan. Kalau dikeruk biayanya cukup besar. Mencapai Rp 50 miliar-Rp 60 miliar dana dari Pelindo," ungkapnya.

Menurut Silo, saat ini pasir tersebut belum memiliki tujuan pemanfaatan karena perlu kajian dan penelitian lebih lanjut apakah pasir-pasir itu bisa memberikan nilai tambah yang lain atau tidak. "Kita akan melihat regulasi lain. Dari lingkungan, dari pertambangan seperti apa. Nanti ke depan ada sinkronisasi, harapannya pasir ini sebagai karunia Allah bisa kita manfaatkan," demikian Silo. (zie)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: