Gubernur Apresiasi Hasil Riset Eucalyptus Balitbangtan
BENGKULU - Gubernur Bengkulu Dr. drh. Rohidin Mersyah, MMA sudah mendengar berita tentang riset eucalyptus yang diyakini bisa melawan virus Corona. Dia sangat menyambut baik serta memberi apresiasi yang tinggi kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbangtan) yang melakukan riset tersebut. Sehingga menghasilkan produk eucalyptus yang dimungkinkan dapat menjadi alternatif perlindungan diri dalam memerangi virus Covid-19.
Hal itu diungkapkan oleh Gubernur, Senin (20/7) saat menerima kunjungan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Dr. Yudi Sastro, SP, MP yang didampingi oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikuktura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu, Ir. Ricky Gunarwan, Kadis Ketahanan Pangan Ir. Yennita Saiful, M.Si, Plt. Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan drh. Nopiyeni, MMA, Kasi Kerjasama Pelayanan Pengkajian BPTP Bengkulu, Dr. Shannora Yuliasari, S.TP, MP dan Kepala Subbag Tata Usaha BPTP Bengkulu Yayuk Utami, SE.
Menurut Gubernur ini adalah salah satu ikhtiar bangsa Indonesia yang harus didukung bersama. “Tanaman eucalyptus merupakan tumbuhan asli Indonesia dan kita harus bangga dengan produk dalam negeri. Ini harus terus dikembangkan dan perlu dilakukan pengujian lebih mendalam. Harapannya, produk dapat segera diperoleh di pasaran dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat,” ungkap Rohidin di gedung daerah.
Melansir berita harian lokal Bengkulu yang telah terbit (5/7) lalu, Kementerian Pertanian telah bekerja sama dengan PT. Eagle Indo Pharma (Cap Lang) untuk pengembangan dan produksinya. Penandatanganan perjanjian Lisensi Formula Antivirus Berbasis Minyak Eucalyptus ini telah dilaksanakan di Bogor pada pertengahan Mei lalu.
Kepala BPTP Bengkulu Yudi Sastro mengemukakan Eucalyptus sementara digunakan untuk aroma terapi sesuai hasil penelitian Badan Litbang Kementan dan telah diluncurkan Menteri Pertanian, sehingga segera disosialisasikan secara umum.
Penelitian ini berawal dari keinginan Balitbangtan Kementerian Pertanian untuk mengeksplorasi sumber daya lokal Indonesia yang berpotensi sebagai antivirus dan penambah daya tahan tubuh. Eucalyptus memiliki kandungan bahan aktif 1,8 cineol atau eucalyptol yang diperoleh melalui proses ektraksi dan destilasi. Bahan aktif 1,8 cineol tersebut merusak struktur MPro (main protein) dari virus sehingga virus sulit bereplikasi. “Hasil uji invitro Balai Besar Penelitian Veteriner Balitbangtan di Laboratorium Biosafety Level 3 (BSL 3) membuktikan bahwa eucalyptus mampu membunuh 80-100% virus influenza dan corona (beta corona dan gamma corona virus),” sambungnya.
“Produk Aromaterapi Eucalyptus diformulasikan dengan teknologi nano sehingga ukuran partikel bahan aktif menjadi sangat kecil dan luas bidang kontak menjadi besar dan penggunaan bahan aktif menjadi efektif. End product berbasis Eucalyptus dengan nano teknologi ini dihasilkan beberapa varian produk yaitu inhaler, roll on, balsem, dan kalung Eucalyptus,” tambah Yudi.
Invensi produk eucalyptus ini merupakan kontribusi nyata Balitbangtan Kementerian Pertanian dalam upaya memerangi pandemic Covid-19. Yudi menambahkan produk eucalyptus ini hanya sebagian kecil dari hasil inovasi Balitbangtan Kementerian Pertanian. “Pada kesempatan audiensi ini, BPTP Bengkulu menyerahkan Buku 600 Teknologi Inovatif Pertanian yang di dalamnya berisi teknologi inovatif hasil invensi Balitbangtan selama ini, dan juga Buku Sejarah Pertanian Indonesia,” ungkap Yudi.
Produk unggulan lain yang disampaikan oleh BPTP Bengkulu berupa telur ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) dan Telur Itik Mojosari Alabio yang saat ini sedang dikembangkan pada Unit Pengembangan Unggas BPTP Balitbangtan Bengkulu. Tidak ketinggalan Jeruk RGL hasil panen petani di Desa Pal VII Kecamatan Bermani Ulu Raya Kabupaten Rejang Lebong yang merupakan petani binaan BPTP Bengkulu.
Bangga dengan Produk Unggul Lokal
Sementara itu, diakhir pertemuan itu juga didiskusikan tentang jeruk RGL. Gubernur Bengkulu Rohidin menyampaikan keresahannya. ”Jeruk RGL ini ada yang dijual di pasaran dengan nama Sweet Mandarin. Jangan sampai jeruk yang menjadi ikon kebanggaan Bengkulu ini dipasarkan dengan nama lain. Kita harus bangga dengan produk unggul lokal kita. Minta tolong agar segera dicek di pasar dan segera dikomunikasikan dengan penjualnya,” ungkap Rohidin.
Gubernur meminta kepada jajarannya lingkup pertanian untuk selalu bekerjasama dan bersinergi dengan BPTP Bengkulu sebagai perwakilan Badan Litbang Pertanian di daerah untuk membangun pertanian di Provinsi Bengkulu. (iie/prw)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: