HONDA

Dua dari 5 Anak Indonesia Perokok pada Usia 10-15 Tahun, Kebijakan Iklan, Promosi, dan Sponsor Rokok Perlu Dik

Dua dari 5 Anak Indonesia Perokok pada Usia 10-15 Tahun, Kebijakan Iklan, Promosi, dan Sponsor Rokok Perlu Dik

JAKARTA - Tingkat konsumsi rokok di kalangan anak-anak dan remaja di Indonesia makin mengalami kenaikan. Yakni sebesar 9,1 persen atau setara 7,8 juta anak Indonesia. Artinya ini sama dengan 2 dari 5 anak Indonesia merupakan perokok pada usia 10-15 tahun. Menyikapi hal ini Aliansi Akademisi Komunikasi untuk Pengendalian Tembakau (AAKPT) menggelar webinar bertajuk Kebijakan Iklan, Promosi, Sponsor Rokok, dan Kontribusi Akademisi Komunikasi pada Sabtu (12/6) dengan menggunakan zoom meeting.

Perwakilan pengurus AAKPT dari Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Bengkulu (Unib), Dr. Lisa Adhrianti, M.Si menjelaskan, bahwa webinar ini merupakan bukti komitmen AAKPT untuk siap berkontribusi terhadap pengendalian tembakau di Indonesia. Tentunya melalui kerja sama dengan berbagai pihak.

"Baik secara perorangan, institusi atau lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kepedulian terhadap bahaya rokok.  Terutama bagi anak-anak dan remaja yang saat ini semakin mengalami kenaikan tingkat konsumsi rokok sebesar 9,1 persen atau setara 7,8 juta anak Indonesia. Artinya ini sama dengan 2 dari 5 anak Indonesia merupakan perokok pada usia 10-15 tahun," ungkap Lisa.

Ketua AAKPT, Dr. Eni Maryani yang juga dosen Universitas Padjadjaran, mengungkapkan bahwa AAKPT melihat bahwa saat ini perlu ada kerja sama dari berbagai pihak untuk melakukan advokasi kebijakan terkait pengendalian tembakau. "Selain itu juga dibutuhkan upaya mengedukasi masyarakat terkait dengan kesadaran mereka dalam hal bahaya rokok terutama di kalangan remaja maupun para orang tua," katanya.

Hal ini, lanjutnya, perlu menjadi perhatian penting karena Fakta Tembakau menyebutkan bahwa Indonesia merupakan pasar rokok tertinggi ketiga di dunia setelah Cina dan India. "Selain itu berdasarkan laporan WHO, tercatat bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak memiliki kebijakan pelarangan iklan rokok di berbagai media," bebernya.

Ketua Panitia, Kiki Soewarso, akademisi dari di IKB-LSPR, menyampaikan bahwa webinar ini bertujuan membangun sudut pandang komunikasi mengenai isu kebijakan terkait pengendalian tembakau dalam rangka melindungi anak dan remaja dari terpaan iklan, promosi, sponsor rokok. Untuk itu hadir sebagai narasumber Koordinator Pengendalian Sistem Elektronik dan Konten Internet, Kemenkominfo, Drs. Anthonius Malau, M.Si, dan Sekjen AAKPT, Dr. Lestari Nurhajati.

Kegiatan ini juga menghadirkan Asdep Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit, Kemenko PMK, Dr. Nancy Dian Anggraeni, M.Epid sebagai pembicara kunci, dan Dina Kania, SH., LLM., dari WHO Indonesia, untuk mengembangkan kerja sama dalam isu pengendalian tembakau antara akademisi komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan terkait upaya pengendalian tembakau.

Diketahui, terkait dengan tantangan dalam isu pengendalian tembakau di Indonesia, sejumlah akademisi berhimpun dalam Aliansi Akademisi Komunikasi untuk Pengendalian Tembakau (AAKPT). AAKPT berdiri tanggal 31 Mei 2021, bertepatan dengan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day), beranggotakan para akademisi Komunikasi dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia yang peduli pada isu pengendalian tembakau. Sekaligus, ini merupakan salah satu wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi terkait dengan Pengabdian Kepada Masyarakat.

AAKPT melibatkan 15 universitas yaitu IKB-LSPR, Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Universitas Mulawarman (Unmul), Universitas Udayana, Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Universitas Islam Bandung (Unisba), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Bengkulu (Unib), Universitas Syah Kuala, Universitas Negeri Surakarta (UNS), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Profesor Dr. Moestopo Beragama (UPDMB), Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin (Uniska), dan Sekolah Tinggi Multi Media MMTC Yogyakarta. (rls)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: