Telan Rp 2,5 Miliar, PCR Jarang Dipakai
SELUMA - Meskipun telah memiliki alat pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis dan mendeteksi Covid-19 berupa polymerase chain reaction (PCR) yang dibeli seharga Rp 2,5 miliar.
Namun peralatan tersebut terkesan mubazir. Penggunaannya yang tidak maksimal bahkan sangat jarang digunakan. Menanggapi hal ini, Direktur RSUD Tais, dr. Wiwin Herwini mengakui bahwa penggunaan alat ini belum maksimal. BACA JUGA: Upgrade Kemampuan, 50 Wartawan Bengkulu-Sumsel Ikuti Zoom Ragam Bahasa Jurnalistik
Sebab pengambilan dan pemeriksaan sampel tidak dapat dilakukan satu persatu. "Belum maksimal karena tes tidak bisa satu persatu, harus jumlah sampel sesuai mekanisme jika satu persatu akan menghabiskan reagen," ungkapnya.
Ia mengatakan, pengambilan spesimen sudah bisa dilakukan di RUD Tais. Namun tetap saja untuk merunning sampel atau spesimen, bisa dilakukan jika jumlahnya lebih dari 12 dan 16, baru bisa dilakukan running atau pemeriksaan.
”Untuk running dilakukan pada pagi hari, dan malam sudah diketahui hasilnya. Kita akan merunning jika jumlahnya lebih dari 12 atau 16, jika tidak maka tidak akan dilakukan,” terangnya.
Wiwin menampik jika alat PCR yang dimiliki RSUD Tais tidak layak dan mubazir. Menurutnya, justru Kabupaten Seluma harus bangga dengan laboratorium PCR yang sudah diakui oleh Kementerian Kesehatan. BACA JUGA: Elak Lubang, Truk bermuatan 9 Ton Sawit Terbalik
”Seharusnya kita bangga dengan laboratorium PCR ini, yang sudah diakui kementerian,” kilahnya. Diketahui alat PCR yang menghabiskan anggaran Rp 2,5 miliar dibeli dari Dana Insentif Daerah (DID) tahun 2020.
Sementara itu, labor PCR RSUD Tais akan melakukan tes PCR jika jumlah kuota cukup sesuai dengan mekanisme, jika tidak pemeriksaan tetap akan dilakukan di Kota Bengkulu. (juu/RBOnline) Simak Video Berita
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: