Desa Rindu Hati Bengkulu Tengah Potensial Kembangkan Listrik Energi Surya, LPPM Unib Fasilitasi Pelatihan
BENGKULU TENGAH - Tidak stabilnya suplai listrik masih menjadi keluhan masyarakat. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dinilai dapat menjadi solusi. Apalagi sumber energi listrik yang diperoleh dari cahaya matahari tersebut sangat berlimpah.
Berdasarkan data Litbag ESDM bahwa potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4,8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp. Namun energi surya yang dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp atau 0,000009% dari 112.000 GWp. Artinya, belum dimanfaatkan secara maksimal khususnya di wilayah Kota Bengkulu.
Hal ini menjadi potensi yang besar untuk dapat diterapkan di wilayah-wilayah yang memiliki tingkat radiasi matahari yang tinggi. Salah satunya adalah Desa Rindu Hati yang terletak di Bengkulu Tengah dengan potensi sumber cahaya matahari yang cukup besar.
Desa tersebut memiliki indeks GHI (Global Horizontal Irradiation) sebesar 4,54 KWh/m2 yang terpaut tidak jauh dari GHI (4,99 KWh/m2) milik Desa Wineru, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara yang sudah memiliki 64.620 panel surya. Namun di desa ini belum ada yang memanfaatkan potensi tersebut untuk mengembangkan PLTS di Desa Rindu Hati.
Saat terjadinya pemadaman listrik, tidak adanya lampu emergency dan lampu jalan khususnya di sekitar kawasan wisata, sehingga desa terlihat gelap. Hal ini menjadi ketertarikan Universitas Bengkulu (Unib) untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dimiliki Desa Rindu Hati. Didukung oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), tim LPPM Unib turun langsung ke Desa Rindu Hati.
Tim pengabdi yang diketuai oleh Refpo Rahman, S.Pd, M.Si serta anggota Heriansyah, S.Pd, M.Si dan Ahmad Syarkowi, S.Pd, M.Si melaksanakan kegiatan pengabdian dalam pelatihan perancangan dan pemanfatan PLTS skala rumah sederhana. "Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan metode ceramah dan pelatihan langsung perancangan di lapangan di depan masyarakat," ungkap Refpo Rahman.
Adapun alat yang digunakan dalam perancangan PLTS antara lain panel surya 100 Wp, controller panel surya, Aki 70 Ah, inverter 500 W dan kabel listrik. Alat- alat ini dirangkai di depan masyarakat desa khususnya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Rindu Hati. "Masyarakat juga diberikan pengetahuan bahwa panel surya ini dapat bermanfaat untuk jangka panjang dan menghemat keuangan dalam pembayaran listrik," katanya.
Masyarakat juga diberikan pemahaman bagaimana perhitungan penggunaan daya listrik yang dapat menjangkau kebutuhan listrik rumah tangga. Dengan kemampuan panel 100 Watt yang disinari radiasi matahari selama 5 jam sehari, akan menghasilkan daya sebesar 500 Watt per harinya.
"Artinya dengan daya tersebut, jika kita menggunakan lampu 10 watt selama 8 jam yaitu 80 wh sehari. Kita bisa menyalakan lampu sekitar 6 buah lampu 10 watt dari daya yang dihasilkan panel surya 100 Wp setiap harinya tanpa sibuk untuk membayar listrik," bebernya.
Kegiatan penerapan teknologi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya Pokdarwis di Desa Rindu Hati untuk dijadikan prioritas dalam menangani masalah kurangnya lampu jalan dan tidak adanya lampu emergency di sekitar wisata. "Perancangan PLTS skala rumah sederhana telah dilaksanakan dengan baik dan masyarakat memiliki antusias yang tinggi dalam mempelajari dan menerapkan teknologi ini," pungkas Refpo. (rbonline)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: