HONDA

Jembatan Ambruk Karena Alam, Diperlukan Pembuktian Ilmiah

Jembatan Ambruk Karena Alam, Diperlukan Pembuktian Ilmiah

     

rakyatbengkulu.com -  Pengerjaan bendungan di Desa Palak Bengkerung, Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan, diprediksi kuat menjadi pemicu utama  ambruknya salah satu jembatan di sana.

Sejauh ini kendala alam dijadikan kambing hitam, yang menyebabkan lambannya pengerjaan proyek bernilai Rp 16 miliar tersebut.

BACA JUGA: Jembatan Air Nipis Ambruk, Proyek Pembangunan Bendungan Kembali Disorot

Guna memastikannya, tentu memerlukan kajian mendalam dari pihak terkait. Seperti, ada atau tidaknya koordinasi dengan BMKG sebagai lembaga resmi pemerintah yang bisa membantu pihak terkait dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Perlu dikaji lebih dalam, metode pekerjaan apakah sudah sesuai dengan standar  penawaran atau belum.

Hingga kepada pengasuransian dengan alasan force majeur bencana alam atau tidak.

Mengenai hal ini, PPK Irigasi dan Rawa BWS Sumatera VII Hadi Buana mengklaim hulu Sungai Air Nipis sudah rusak parah hingga mengakibatkan banjir besar.

Ini pula yang menghambat progress proyek.  Padahal proyek yang dikerjakan PT. Bumi Arenas Rafflesia Bengkulu ini sudah mulai dikerjakan sejak awal 2021 lalu.

"Kami ada data, dari Kehutanan juga. Dan juga dari Sumber Daya Air menunjukkan saat kering, air terjadi sangat sering dan apabila hujan deras air sangat besar. Artinya DAS rusak," ujarnya.

BACA JUGA: Ke Bengkulu Sultan Bakal Bawa Serta 4 Kementerian Sekaligus

Adapun bendung Air Nipis menurutnya, berdiri sejak tahun 1986. Di mana sebelumnya bendung ini hanyalah bendung kecil untuk irigasi.

Pada tahun 2019, pihaknya telah melakukan survei awal, namun ternyata geronggong akibat gerusan air sungai penyebab rusaknya bendung.

Dan tahun 2020, pihaknya kembali untuk program rehabilitasi. Karena apabila tidak dibangun, maka jembatan dan bendungan akan roboh.

Memang saat ini diakuinya, beberapa bangunan rusak dan jebol tampak seperti akibat dampak pembangunan bendungan.

Padahal sejak 1986 proses akumulatif air mulai menggerogoti bawah dasar air sungai.  Bahkan tahun 2017 lalu pihak Balai Sumatera VII sempat melakukan rehabilitasi.

Namun semuanya tidak berhasil, dengan alasan aliran sungai air Nipis tidak menentu. Baca Selanjutnya>>>

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: