HONDA

SUNDULAN GUSNAN GUNDUL

SUNDULAN GUSNAN GUNDUL

   

DALAM sepakbola, gol bisa tercipta dari sundulan. Selain lewat sepakan kiri dan kanan. Bak sundulan dalam olahraga sebelas lawan sebelas itu, Gusnan Gundul menyoroti konglomerasi. Gusnan Gundul adalah panggilan gaul Bupati Bengkulu Selatan Gusnan Mulyadi. Panggilan itu muncul dari tampilan kesehariannya berkepala gundul.

Jebolan Fakultas Ekonomi Unib ini mengaku prihatin dengan cengkeraman konglomerasi yang semakin kuat menancapkan kukunya di daerah. Konglomerasi ritel di Kota Bengkulu bahkan sudah berdampak tumbangnya sejumlah usaha ritel lokal. Ada yang sekarat, hingga akhirnya mati. “Tapi itu tidak akan terjadi di Bengkulu Selatan,” tukas Gusnan Mulyadi.

Gusnan mengusung konsep ekonomi kerakyatan sebagai salah satu program unggulannya. Salah satu dalam wujud Kios Sekundang. Menurutnya, perlu ada dukungan (support) dan perlindungan (protect) terhadap usaha-usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) dari serbuan konglomerasi.

Gusnan mengaku tidak anti konglomerasi. Bagaimanapun daerah butuh investasi masuk. Tapi konglomerasi boleh masuk Bengkulu Selatan, dengan catatan tidak “membunuh” usaha kecil dan menengah.  

Godaan Rupiah Ada cerita menarik soal konglomerasi tadi. Menurut Gusnan, masuknya jaringan konglomerasi di suatu daerah bisa dengan berbagai cara. Di situlah kepala daerah diuji keimanannya.

Gusnan mengaku ada pihak tertentu yang mengiming-imingi rupiah untuk membuka izin yang sekarang sedang disetop. “Tapi saya tidak tertarik dengan iming-iming rupiah tersebut,” tegasnya.

Kalau saja tergiur dengan iming-iming rupiah tersebut, Gusnan bisa meraup fulus hingga miliaran rupiah. “Itu kalau saya mau. Tapi saya tolak,” katanya.  

Sundul Bank Bengkulu

Gusnan juga menyundul kinerja Bank Bengkulu yang dinilai beraninya hanya main aman mengandalkan kredit pinjaman bagi PNS. Tapi kurang berani berani masuk ke sektor ril yang justru lebih dibutuhkan dalam menggerakkan ekonomi rakyat.

“Bank Bengkulu harus berani masuk ke sektor ril,” ujarnya dalam diskusi di Rumah Dinas Bupati Bengkulu Selatan Selasa siang.

Dia meminta jajaran bank daerah pelat merah itu segera berbenah dan beradaptasi dengan perubahan zaman yang demikian cepat. Perbaikan itu baik menyangkut peningkatan pelayanan terhadap nasabah dan calon nasabah. Manajemen perkantoran dan keuangan yang harus transparan dan accountable. Hingga pada strategi marketing yang harus beradaptasi pada era digitalisasi.

“Kalau tidak mau berbenah, maka (Bank Bengkulu) akan tergilas,” ujar Gusnan kembali melempar sundulan.

Yang bikin pusing para direksi, Bank Bengkulu harus mengikuti peraturan baru OJK No 12/2020 Tentang Konsolidasi Bank Umum, yang menaikkan ketentuan modal inti minimum dari Rp 1 triliun menjadi Rp 3 triliun. Kewajiban pemenuhan modal inti Rp 3 triliun itu memang bisa secara bertahap selama 3 tahun. Yakni sampai 31 Desember 2022. Baca Selanjutnya>>>

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: