Prof Kamaludin: Antrean Solar Berdampak Buruk
BENGKULU, rakyatbengkulu.com - Pakar Ekonomi Bengkulu Prof. Dr Kamaludin, SE, MM mengatakan persoalan antrean solar mempunyai dampak buruk. Pertama, bisa menimbulkan biaya ekonomis. ‘’Penyebabnya adalah opportunity cost menjadi tinggi dengan antrean di mana-mana,‘’ kata Kamaludin.
Opportunity cost adalah biaya yang ditimbulkan akibat adanya kesempatan yang hilang. Misalnya menunggu berjam-jam karena antre akan menghilangkan kesempatan melakukan pekerjaan yang lain yang bisa menghasilkan uang.
BACA JUGA: Laporan Khusus: Pertamina Gagal
Pemerintah, kata Kamal, diperkirakan akan mengalami kesulitan saat mengatasi persoalan ini. Karena kelangkaan ini, juga karena ada faktor eksternal. Yaitu kenaikan harga produksi minyak dan faktor-faktor lain yang menyebabkan kelangkaan.
‘’Jadi pemerintah saat ini paling berupaya melakukan pengawasan agar akses tidak terlalu parah,’’ ungkapnya. Sementara itu, Ketua Dewan Pembina APTRINDO Provinsi Bengkulu, Yurman Hamedi, mendorong baik Pemda maupun Pertamina untuk memberikan solusi konkret terkait kelangkaan solar.
Bahkan kondisi ini, juga pernah terjadi di 2021 lalu. Ketersediaan solar tersebut juga menyangkut kepentingan masyarakat, terutama yang berprofesi sopir angkutan. "Adapun penetapan jam mengantre mulai dari pukul 22.00-05.00 WIB yang dilakukan pemerintah, itu bukanlah sebuah solusi konkret.
Tapi malah sebaliknya, kian membuat para sopir menjerit. Termasuk juga upaya mengusulkan tambahan kuota yang belum bisa dipastikan bakal diakomodir atau tidak," tegas Yurman, yang juga merupakan Anggota Komisi III DPRD Provinsi Bengkulu ini, Rabu (23/3).
Dari pengamatan pihaknya, sampai dengan saat ini belum terlihat solusi konkret yang diberikan pemerintah untuk mengatasi sulitnya mendapatkan bio solar. Sehingga, antrean kendaraan di SPBU dalam wilayah Provinsi Bengkulu masih mengular.
Ia menilai untuk mengurai antrean di SPBU itu hanya satu solusinya, penuhi kebutuhan masyarakat terhadap bio solar. "Ini yang harusnya difokuskan. Apalagi kebutuhan solar ini memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, terutama para sopir angkutan," saran Yurman.
Cepat Bergerak
BACA JUGA: WASPADA “Kebocoran” Solar
Ia juga menyayangkan jika persoalan ini hanya dikaitkan dengan angkutan batu bara saja. "Pikirkan juga ekspedisi dari luar yang mengangkut kebutuhan untuk masyarakat Bengkulu, karena mereka bisa jera untuk masuk ke provinsi kita," tukasnya.
Di sisi lain, Anggota Komisi III DPRD Provinsi Bengkulu, Edwar Samsi mengatakan, antrean solar ini tidak hanya terjadi di Kota Bengkulu. Namun juga di kabupaten lainnya. Untuk itu, ia meminta agar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) agar bergerak cepat untuk atasi persoalan ini.
"Kita minta koordinasi dari OPD terkait dengan pihaknya keamanan. Gak bisa kita biarkan seperti ini. Ini tidak hanya terjadi di Kota Bengkulu, namun hampir di seluruh kabupaten Kota. Kan solar itu habis. Jadi melihat kebutuhan provinsi, kalau ada peningkatan itu tidak terlalu banyak. Berarti kan ada yang bermain di sini. Jadi kita minta agar polisi bertindak dan cari," pinta Edwar.
Ia khawatir, bila persoalan solar ini dibiarkan berlarut, maka akan terjadi gejolak di masyarakat. Pihaknya tidak menghendaki jika solar subsidi ini ada pihak-pihak yang melakukan penimbunan, untuk kepentingan pribadi.
"Saya khawatir ini kasusnya sama dengan minyak goreng. Bisa jadi ada indikasi itu, kita ini tidak mungkin lebih tadi itu. Kita khawatir ada penyimpanan, siapa ngomong tidak," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: