Dikbud: Aksi Perundungan Rusak Program Sekolah Ramah Anak
BENGKULU - Aksi perundungan atau bullying yang dialami PU siswa kelas VII SMP Negeri 15 Kota Bengkulu yang dilakukan oleh lima orang teman sekelasnya, mendapatkan perhatian khusus dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Bengkulu.
Kepala Dikbud Kota Bengkulu, Sehmi mendapatkan kabar tersebut langsung melakukan sidak ke sekolah untuk menemui korban perundungan tersebut, Senin (23/5).
Kegiatan perundungan, menurut Sehmi, tentu mencoreng program sekolah ramah anak. Namun insiden-insiden seperti ini harus dicegah dan dikendalikan. BACA JUGA: Korban Perundungan dan Pemalakan, Siswa SMP Tak Berani Lapor
"Ini mencoreng sekolah ramah anak, jangan ada lagi kasus seperti ini yang terjadi di lingkungan sekolah, berat ataupun ringan," katanya.
Tapi, lanjutnya, pada prinsipnya sekolah bukan sekedar menuju sekolah ramah anak. "Sekolah harus memproteksi anak. Karena orang tua menitipkan anak di sekolah, dan anak harus dilindungi," ingatnya.
Dalam kesempatan tersebut, dirinya juga menyempatkan diri menemui para pelaku perundungan di kelasnya dengan memberikan pengarahan dan edukasi.
Sementara untuk korban yang diketahui merupakan anak yatim, oleh Sehmi dalam kesempatan tersebut diangkat sebagai anak asuhnya.
Disampaikan Sehmi, sebenarnya pihaknya menilai bahwa aksi yang dilakukan para pelaku merupakan bentuk kenakalan anak.
Namun lantaran ini diduga telah berlangsung lama dan tidak ada yang mengetahui ataupun melaporkan, kenakalan ini berubah menjadi tindak kekerasan.
"Sebenarnya kita menilai ini kenakalan anak, namun ini terus berlangsung hingga menimbulkan perbuatan kasar terhadap korban," ujarnya. BACA JUGA: Soal Benteng, Caretaker Belum Mau Bicara Banyak, Tunggu Pelantikan
"Ada 5 orang anak yang dianggapnya bermain tapi sudah kasar karena membuka pakaian korban ataupun melakukan kekerasan," sampai Sehmi.
Sekolah Lebih Memperhatikan Siswa
Agar hal ini tidak kembali terulang, baik di sekolah lain yang ada di Kota Bengkulu, dirinya menyampaikan bahwa pihak sekolah perlu intensif melakukan konseling terhadap seluruh siswa.
Terutama siswa - siswa yang dinilai perlu mendapatkan perhatian khusus. Ini agar meminimalisir hal serupa kembali terjadi.
"Konseling oleh pihak sekolah melalui wali kelas terhadap anak intensitasnya harus dipertinggi. Misalnya kunjungan ke orang tua siswa," katanya.
Sekolah juga diminta untuk lebih meningkatkan perhatian terhadap siswa dan melakukan pendekatan, dengan membangun kegiatan sebagai bukti pengawasan dan pengendalian. Baca Selanjutnya>>>
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: