Menang Lotere
Catatan Harian Dahlan Iskan--
KLIMAKS itu berlangsung lebih cepat. Setidaknya dari yang diperkirakan Disway kemarin.
Klimaks itu juga datar-datar saja: tidak ada ledakan apa pun. Nancy Pelosi, Ketua DPR Amerika Serikat itu, mendarat di Taipei sebelum tengah malam kemarin.
Bukan sebelum dini hari.
Negosiasi tingkat tinggi kelihatannya berlangsung lebih mulus.
Keberangkatan Pelosi dari Kuala Lumpur bisa lebih cepat. Tidak ada hambatan apa pun.
Saya yakin di tengah ketegangan dua hari lalu ada negosiasi tingkat tinggi.
Tiongkok tidak akan menyerang Taiwan, apalagi saat Pelosi tiba.
Sebaliknya Amerika juga tidak akan mengakui kemerdekaan Taiwan.
Kunjungan itu harap dimaklumi maksud di baliknya.
Tapi Tiongkok juga minta izin untuk pura-pura mengepung Taiwan. Agar sama-sama tidak kehilangan muka.
Pelosi pun bisa terbang ke Taiwan. Jadwal yang semula sangat rahasia akhirnya bocor.
Atau dibocorkan. Pelosi terbang dengan pesawat militer tanpa terlihat sebagai pesawat militer.
Dari luar itu seperti pesawat kepresidenan: diwarnai cat biru dengan tulisan besar United State of Amerika.
Itu seperti pesawat penumpang VVIP biasa, hanya statusnya dinyatakan sebagai penerbangan militer –karena memasuki daerah konflik.
Taiwan sendiri kelihatannya sudah dapat kepastian jadwal itu lebih awal.
Penyambutan sempat dipersiapkan. Kubu anti Tiongkok demo membawa banner.
Kubu pro Tiongkok juga demo membawa poster.
Dua-duanya menyambut Pelosi di pinggir jalan: "Selamat datang Nancy Pelosi", "Go Out Pelosi".
Jumlah mereka tidak banyak. Tidak sampai 100 orang. Tidak terjadi bentrok antar mereka.
Gedung 101 yang tertinggi di dunia –gelar tersingkat karena segera dikalahkan Burj al Khalifa di Dubai– juga sempat mengubah bunyi di layar display di puncaknya:
Selamat Datang Nancy Pelosi, Taiwan (meme love) USA.
Cahaya merah biru (bendera Amerika Serikat) juga mewarnai gedung di pusat kota Taipei itu.
Pesawat itu mendarat di bandara lama. Yang di pusat kota Taipei.
Yang masih digunakan untuk penerbangan domestik.
Hanya ada tiga jurusan domestik utama di Taiwan: ke Hualien di pantai timur (20 menit), ke Kaohsiung di pantai selatan (30 menit) dan ke satu pulau yang hanya sepelemparan batu dari Xiamen, daratan Tiongkok (1 jam).
Di bandara itu Pelosi disambut menteri luar negeri Taiwan dan Kepala Perwakilan Amerika di situ.
Rombongan, termasuk 6 anggota DPR, semua dari Partai Demokrat, langsung menuju hotel.
Negosiasi tingkat tinggi antara Tiongkok-Amerika itu kelihatannya lebih baik dari gambaran di media.
Pelosi cukup lama di Taiwan. Sekitar 24 jam. Bukan sekadar mampir untuk unjuk kekuatan.
Sepanjang hari Rabu kemarin Pelosi bertemu Presiden Tsai Ing-wen, makan siang dengan anggota parlemen dan bahkan menemui kelompok demokrasi.
Pelosi tidak mengucapkan dukungan pada Taiwan merdeka.
Tapi sangat tegas mendukung demokrasi di Taiwan, sambil mengecam sistem totaliter –tanpa menyebut Tiongkok.
Bahkan Pelosi masih menyatakan dukungannyi pada gerakan pro-demokrasi di Hong Kong.
Dengan perkembangan terbaru di Hong Kong, Pelosi memang kalah 0-1 oleh Tiongkok.
Kini dia, dengan kengototannyi ke Taiwan, ingin skor itu menjadi 1-1.
Xi Jinping belum bisa dikatakan kalah. Skor 1-1 masih lebih baik bagi Tiongkok dari sebelumnya kalah 0-1.
Kini Hong Kong sudah sepenuhnya dimenangkan Tiongkok.
Menyerang Taiwan saat ini memang kurang tepat.
Perang terbuka akan membuat Tiongkok masuk dalam jebakan.
Masih ada dua agenda besar yang diinginkan Xi Jinping: tiga bulan lagi ia harus terpilih untuk masa jabatan periode ketiga.
Lima tahun lagi Tiongkok harus menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia –mengalahkan Amerika.
Kalau Tiongkok terpancing menyerang Taiwan dua keinginan besar itu bisa bubar.
Selamat untuk Nancy Pelosi.
Selamat untuk Xi jinping.
Selamat juga untuk TKW asal Indonesia yang memenangkan lotre di Taiwan.
TKW itu menang lotere hampir Rp 1 miliar (NTD 2 juta atau USD 660.000).
Berita itu jadi hangat karena si TKW tidak bisa menguangkannya.
Benar, dia menang, tapi dinyatakan tidak berhak atas uang itu.
Penyebabnya: izin tinggal sebagai pekerja habis. Dia tidak punya kartu kerja dengan alamat tempat tinggal lagi.
Rupanya diam-diam dia pindah kerja. Secara diam-diam. Dia pindah dari sektor jasa perawatan ke buruh pabrik. Diam-diam. Diam-diam.
Akhirnya dia sayang pada uang hampir Rp 1 miliar itu.
Hadiah utama tersebut akan hangus kalau tidak diambil dalam tiga bulan.
Dia pun mengurus Alien Resident Certificate (ARC) lagi.
Dapat. Dengan kartu itu dia diperbolehkan ambil uangnya.
Namanyi tidak disebut di media. Demikian juga daerah asalnyi.
Yang jelas dia seorang wanita, punya suami yang ditinggal di Indonesia dengan seorang anak laki-laki berusia 6 tahun.
Bagi TKW itu, uang hampir Rp 1 miliar lebih penting dari Pelosi. Begitu juga umumnya warga Taiwan.
Saya menelepon dua teman Taiwan saya. Tidak ada yang merasa tegang. Mereka tidak percaya Tiongkok menyerang Taiwan.
Dia justru minta saya untuk menemuinyi lagi di Taiwan. Sudah tiga tahun kami tidak berjumpa muka. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: