Ninja Ginsu
Catatan Harian Dahlan Iskan--
Oleh: Dahlan Iskan
MATAHARI sudah agak tinggi pada hari Minggu pagi jam 06.18 di Kabul. Di ibu kota Afghanistan itu, di awal Agustus seperti ini, matahari mulai terbit pada pukul 05.05.
Maka hebat sekali senjata pembunuh pemimpin tertinggi Al Qaeda, Ayman Al-Zawahiri ini. Datangnya tidak terlihat. Suaranya tidak terdengar. Tanpa kilau pantulan cahaya pagi. Langsung saja: jleb! Senjata tajam itu masuk ke tubuh Al-Zawahiri. Merobek-robeknya. Menewaskannya seketika.
Itulah sebabnya pesawat tanpa awak jenis R9X itu disebut juga Drone Ninja. Nama lainnya: senjata Flying Ginsu. Ginsu adalah julukan yang diambil dari nama sebuah pisau istimewa. Pisau Ginsu terkenal sebagai kisah sukses marketing di tahun 1980-an. Iklan pisau Ginsu jadi bahan kajian di kelas-kelas marketing di tahun yang Anda belum lahir itu.
Begitu hebatnya iklan itu: pisau Ginsu terjual 3 juta buah.
Pisau itu 4K: kecil, kuat, kaku, dan kajam. Kualitasnya dibuat seperti samurai Jepang. Hanya saja ini buatan Amerika. Pabriknya di Ohio. Sekarang pun masih tetap diproduksi. Di Arkansas. Di Tokopedia, pisau Ginsu ditawarkan dengan harga Rp 40.000. Satu set berisi lima pisau.
Tentu bukan pisau itu benar yang dihunjamkan dari jarak jauh oleh drone Ninja ke tubuh Al-Zawahiri. Pagi itu tokoh asli Mesir tersebut sedang berada di balkon. Di lantai dua. Di teras sebuah rumah yang mewah. Berjemur? Entahlah. Rumah itu menghadap ke timur. Matahari pagi terasa hangat di musim panas sekarang ini.
Rumah persembunyian itu berada di pusat keramaian. Di pusat ibukota, Kabul.
Umur Al-Zawahiri sudah 71 tahun. Seumur saya. Saat terbunuh Minggu pagi lalu ia genap 10 tahun menjadi panglima tertinggi Al Qaeda. Yakni setelah Osama bin Laden terbunuh di tahun 2011. Osama disergap pasukan elite Amerika di tengah malam di sebuah rumah di Pakistan timur laut.
Waktu itu sudah ada pemikiran Osama juga akan diburu dengan drone. Tapi drone yang ada saat itu belum secanggih sekarang.
Drone R9X Hellfire, yang mengejar Al-Zawahiri itu, baru diproduksi tahun 2017.
Tapi dari segi dramatisasi memang lebih dramatis saat penggerebekan Osama. Dramanya lebih seru. Sedang tewasnya Al-Zawahiri terjadi dengan sangat sepi dan dingin. Tidak ada ledakan. Tidak ada kerusakan bangunan. Teras itu tetap utuh - -hanya sekarang, menurut CNN, ditutupi terpal warna hijau.
Anggota keluarga Al-Zawahiri, di rumah itu, juga tidak ada yang terluka. Benar-benar seperti korban sniper.
Sebenarnya saya sudah berjanji tidak akan menulis peristiwa pembunuhan di luar negeri. Saya merasa seperti dicekal oleh pembaca Disway. Tapi kali ini saya bisa berdalih: toh kejadian tewasnya Al-Zawahiri bukan akibat tembak-menembak. Tidak bisa disamakan dengan tembak-menembak di Tiga Durian Jakarta.
Al-Zawahiri sendiri Anda sudah tahu: ia seorang dokter. Ahli bedah. Lulusan Universitas Cairo. Dari keluarga terpandang di Mesir. Kakeknya menjabat presiden universitas yang Anda juga sudah tahu: Al Azhar, Kairo.
Zawahiri radikal sejak muda. Ia dianggap terlibat gerakan yang membunuh Presiden Mesir Anwar Sadat. Ia kecewa Sadat berdamai dengan Israel. Padahal ia pernah memuja Sadat karena berani berperang melawan Israel. Ia lantas ke Afghanistan. Awalnya ikut berjuang melawan Russia, lalu berjuang melawan Amerika.
Lama tidak terdengar bersembunyi di mana, tiba-tiba diberitakan tewas di Kabul. Awalnya Amerika mengira Al-Zawahiri bersembunyi di Pakistan. Di perbatasan dengan Afghanistan. Atau di Afghanistan yang berbatasan dengan Pakistan.
Mungkin juga Al-Zawahiri belum lama di Kabul. Mungkin ia merasa aman bersembunyi di ibu kota Afghanistan. Taliban sudah kembali berkuasa. Amerika sudah hengkang dari sana sejak setahun lalu.
Ternyata bocor. Fatal. Sebagian kelompok Al-Zawahiri mencurigai justru Taliban yang membocorkannya. Taliban memang sudah bertekad kali ini Afghanistan tidak mau lagi jadi sarang teroris asing.
Yang jelas Taliban juga tidak utuh satu. Tahun lalu tokoh Taliban, Bismillah Muhammad, diserang Taliban sendiri. Padahal ia penjabat menteri pertahanan kala itu.
Tempat persembunyian Al-Zawahiri kali ini memang aneh. Sembunyi tapi di pusat kota. Ibu kota pula. Sembunyi tapi di rumah yang sangat mencolok. Rumah itu menghadap jalan raya. Begitu megahnya rumah itu sampai secara tidak resmi disebut ''Poppy Palace''. Istana Poppy.
Poppy adalah sebutan untuk bunga seksi yang menjadi bahan baku obat bius.
Rumah itu disebut Istana Poppy lantaran masyarakat tahu di situlah dulu orang-orang kaya bermukim –yang kekayaan mereka berasal dari perdagangan bunga gila tersebut.
Sherpur, di pusat kota Kabul, memang komplek orang kaya. Sejak Taliban berkuasa banyak rumah ditinggalkan begitu saja. Sebagian diambil alih oleh pemerintah Taliban. Sebagian lagi tetap kosong.
Rumah yang ditempati Al Zawahiri adalah rumah kosong yang diambil alih penguasa baru. Lalu seorang ajudan pejabat tinggi Taliban mengambil alihnya. Oleh Sang ajudan Al-Zawahiri disembunyikan di situ.
Al-Zawahiri pun terjebak di keramaian seperti itu. Ia yang dulu merawat Osama. Kini ia menyusul pendahulunya.
Kelihatannya model memburu teroris dengan drone menjadi cara baru Amerika. Tanpa perlu mengorbankan orang sipil. Drone serupa juga sudah membunuh tokoh Al Qaeda lainnya: Abu Khayr al-Masri. Saat itu Al-Masri lagi di Syiria. Ia lagi dalam perjalanan di Idlib, dalam mobil sedan Kia buatan Korea. Pisau-pisau model Ginsu menembus sedan itu. Al-Masri tewas. Mobil sedannya tidak hancur. Hanya robek atapnya.
Drone yang melepaskan Ginsu itu pun kembali ke pangkalannya. Pisau Ginsu mendapat promosi gratis. Ikut jadi pahlawan Amerika –meski bukan pisau itu yang digunakan di operasi sebenarnya.
Reputasi pisau Ginsu hanya pernah tercemar sekali di tahun 1993: dipakai memotong penis seorang suami.
Sukses.
Malam itu sang suami baru pulang dari minum-minum. Tiba di rumah ia mengajak istri untuk ke "surga". Sang istri tidak mau. Ia pun seperti mau makan gaya prasmanan: buka sendiri, tutup sendiri.
Dengan cara itu sang istri merasa diperkosa suami.
Maka setelah suami terlelap, sang istri ke dapur. Ambil Ginsu. Dia buka selimut yang menutup suami. Dia potong si "John". Dia bawa potongan itu lari. Dia ambil mobil di garasi. Dia larikan potongan itu. Dia setir mobil itu dengan hanya satu tangan. Tangan satunya tetap menggenggam potongan.
Setelah beberapa menit berkendara dia buang potongan itu dari jendela mobil yang terbuka.
Dia pun menghubungi 911. Dia ceritakan apa yang terjadi. Sang suami dibawa ke rumah sakit. Petugas rumah sakit dikerahkan untuk mencari potongan yang dibuang di pinggir jalan. Dengan susah payah. Dibantu sang istri.
Ketemu.
Potongan itu segera dicuci dengan cairan steril. Lalu disusulkan ke rumah sakit. Disambung lagi. Berhasil. Operasi penyambungan itu berlangsung 9 jam.
Sang suami dijatuhi hukuman karena terbukti memerkosa istrinya.
Sang istri dihukum karena penganiayaan.
John Wayne Bobbitt dan Lorena Bobbitt Gallo sama-sama masuk penjara.
Setelah keluar penjara, John tetap terkenal. Dengan harta karun sambungannya. Ternyata masih perkasa. John lantas direkrut sebagai bintang film porno. Anda tentu pernah menontonnya –dalam khayalan.
Drone Ninja, pisau ala Ginsu dan satelit penginderaan jarak jauh bersatu untuk perang model baru. Terbukti efektif. Itulah sebabnya tempat persembunyian pemimpin tidak boleh asal-asalan.
Zelenskyy dan Putin tidak boleh meniru kesembronoan Al-Zawahiri.
Dan Anda sebaiknya jangan izinkan istri membeli pisau itu.
Tinggal tersisa satu pertanyaan untuk Anda: dari mana drone Ninja itu diluncurkan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: