HONDA

Benarkah Nabi Adam AS Diturunkan di Pulau Sumatera? Begini Penjelasan Tafsir Buya Hamka

Benarkah Nabi Adam AS Diturunkan di Pulau Sumatera? Begini Penjelasan Tafsir Buya Hamka

Begini penjelasan tafsir Buya Hamka, benarkah Nabi Adam AS diturunkan di Pulau Sumatera.--Foto: Freepik.com/ Wirestock

BACA JUGA:TAUSIYAH: Hikmah Pengorbanan Nabi Ibrahim

Selanjutnya dimana lokasi dari Nabi Adam dan Hawa ketika diturunkan pertama kali ke bumi? Jawaban inilah yang mengundang banyak pernyataan dan perbedaan pendapat dari para ahli tafsir.

Berdasarkan Riwayat dari Ibnu Abi Hatim yang diterima dari Abdullah bin umar, Nabi Adam AS diturunkan di Bukit Shafa, sedangkan istrinya Hawa diturunkan di bukit Marwah.

Menurut riwayat lain mengatakan kalau Nabi Adam AS diturunkan di antara Mekah dan Thaif, kemudian menurut Riwayat Ibnu asakir dari Abbas, Nabi Adam diturunkan di India sedangkan Hawa di Jeddah.

Riwayat-riwayat tadi merupakan riwayat atau pendapat yang umum kita temukan, tetapi berbeda seperti cerita yang dipaparkan oleh Buya Hamka, malah bahkan bertolak belakang dengan riwayat-riwayat yang dijelaskan di atas tadi.

BACA JUGA:Daftar Shio yang Paling Setia dan Mencintai Keluarga, Pantas Rezekinya Lancar Terus

Di sini, Buya Hamka mengutip dari kisah Syeikh Yusuf Tajul Khalwati pada surat-surat yang beliau kirim dari Ceylon ke para muridnya yang berada di Makassar dan Banten di akhir abad 17 masehi.

Sesaat sebelum Syekh Yusuf dipindahkan ke Afrika Selatan beliau selalu menyebutkan sangat bersyukur karena di pulau pengasingan itu yaitu pulau Serendip yang selain menjadi tempat turunnya Nabi Adam AS, beliau masih dapat beribadah kepada Allah SWT.

Berdasarkan dari cerita Syekh Yusuf inilah yang selanjutnya mewarnai cerita-cerita tentang Nabi Adam AS, ketika waktu itu Pulau Serendip diduga kuat merupakan nama lain dari pulau Ceylon.

Tetapi di dalam penyelidikan para ahli yang terakhir menurut Buya Hamka Pulau Serendip bukan pulau Ceylon melainkan Pulau Sumatera.

BACA JUGA:Tersiksa di Masa Muda, Shio Ini Baru Hidup Tajir Melintir di Usia Tua

Adapun kata Serendip merupakan bahasa Sanskerta yang ditulis menggunakan bahasa Arab. Serendip yang artinya Swarna Dwipa yang merupakan nama lain dari pulau Sumatera pada zaman Dahulu.

Meskipun ada rasa bangga tentang asal muasal manusia pertama dari Pulau Sumatera ini, menurut Buya Hamka dari cerita-cerita tersebut tidak ada yang dapat dipertanggungjawabkan, karena tidak ada satupun hadist shahih yang menguatkannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: