HONDA

Pertamina Berkolaborasi dengan Perusahaan Korsel untuk Pengembangan Rig-to-CCS

Pertamina Berkolaborasi dengan Perusahaan Korsel untuk Pengembangan Rig-to-CCS

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyatakan bahwa kerja sama dengan Korea Selatan ini merupakan wujud komitmen Pertamina dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.--dokumen/rakyatbengkulu.com

BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - PT Pertamina (Persero) tengah menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan Korea Selatan, Korea National Oil Corporation (KNOC), dalam rangka pengembangan teknologi Rig-to-CCS.

Rig-to-CCS merupakan inisiatif inovatif untuk mengubah anjungan lepas pantai (offshore platform) migas yang tidak digunakan menjadi fasilitas penyimpanan karbon (carbon capture storage/CCS).

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyatakan bahwa kerja sama ini merupakan wujud komitmen Pertamina dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.

Hal ini sejalan dengan upaya mendukung target pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat.

BACA JUGA:Salurkan BBM Subsidi Tepat Sasaran, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Siap Bersinergi

"Saya sangat mengapresiasi kerja sama ini. Selain memperkaya pengetahuan tentang CCS, kolaborasi ini juga membantu menangani masalah abandonment and site restoration (ASR) pada anjungan lepas pantai di Indonesia," ujar Nicke dikutip koranrb.id Jumat, 12 Januari 2024.

Nicke menekankan bahwa ASR merupakan tantangan serius karena banyaknya anjungan migas lepas pantai yang tidak lagi digunakan setelah masa produksi migasnya berakhir, setelah bertahun-tahun aktif.

"Biaya ASR atau decommissioning secara konvensional sangat tinggi, oleh karena itu, solusi alternatif seperti pemanfaatan ulang menjadi penting untuk pelaksanaan ASR secara bertahap dan efisien," tambahnya.

Senior Vice President Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza menambahkan bahwa selain Rig-to-CCS, kerja sama dengan KNOC berpotensi untuk pengembangan teknologi di bidang bisnis rendah karbon (low carbon business).

BACA JUGA:Sesuaikan Harga BBM, Pertamina Cukup Responsif Terhadap Pergerakan Harga Minyak Dunia

"Kerja sama ini dapat berkembang ke pengembangan Rig-to-Wind Farm, Rig-to-Fish-Farm (budidaya perikanan lepas pantai), dan juga Rig-to-LNG-Terminal, yang bertujuan membawa gas bumi ke lokasi yang belum terjangkau fasilitas energi," ungkapnya.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menyampaikan bahwa Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan CO2 yang cukup besar, memungkinkan Indonesia untuk menjadi pionir dalam era industri hijau.

"Indonesia merupakan pelopor di ASEAN dalam penerapan regulasi CCS dan berperingkat pertama di Asia menurut Global CCS Institute. Pengembangan CCS memerlukan investasi besar, sehingga kerja sama global sangat diperlukan," jelas Fadjar Djoko Santoso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: