Harga Komoditas Perkebunan Bengkulu Utara Alami Kenaikan dan Penurunan, Curah Hujan Pengaruhi Produksi
Harga Komoditas Perkebunan Bengkulu Utara Alami Kenaikan dan Penurunan, Curah Hujan Pengaruhi Produksi--Instagram/palmoku
RAKYATBENGKULU.COM – Harga komoditas perkebunan di Kabupaten Bengkulu Utara mengalami fluktuasi, dengan beberapa komoditas mengalami kenaikan dan lainnya penurunan.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi harga ini adalah curah hujan yang tinggi, yang berdampak langsung pada produksi tanaman perkebunan, terutama karet dan kelapa sawit.
Komoditas perkebunan karet di Bengkulu Utara mengalami penurunan harga seiring dengan berkurangnya produksi.
Curah hujan yang sangat tinggi membuat petani kesulitan dalam mengelola tanaman karet, sehingga hasil produksi berkurang dan harga pun turun.
BACA JUGA:Kabar Gembira untuk PPPK Bengkulu Utara, Seleksi Gelombang II Siap Dilaksanakan Akhir Tahun 2024
BACA JUGA:4 Manfaat Minyak Zaitun yang Dijual di Pasaran yang Jarang Diketahui
Sebelumnya, harga karet per kilogram berkisar antara Rp 11.000 hingga Rp 12.500, namun kini harga tersebut turun menjadi sekitar Rp 9.000 hingga Rp 10.000 per kilogram.
Menurut Kepala Dinas Perkebunan Bengkulu Utara, Desman Siboro, SH, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pengaruh cuaca.
"Sayangnya, tidak semua masyarakat atau pengumpul karet menjual ke luar Bengkulu, seperti daerah Lubuklinggau Sumatera Selatan atau Sumatera Utara," ujar Desman.
Selain itu, curah hujan yang tinggi menyebabkan para petani karet terpaksa melakukan pemanenan lebih cepat dari jadwal seharusnya.
BACA JUGA:Tips Memanggang Ubi Cilembu Super Madu Seperti yang Dijual di Supermarket
Proses pemotongan kulit batang karet yang dipercepat ini menyebabkan kualitas karet menurun dan lebih mudah rusak, yang semakin mempengaruhi harga jualnya.
Berbeda dengan karet, harga kelapa sawit di Bengkulu Utara justru mengalami kenaikan.
Kenaikan harga ini menjadi kabar gembira bagi petani kelapa sawit, yang sebelumnya menjual Tandan Buah Segar (TBS) dengan harga Rp 3.000 per kilogram, kini harga tersebut telah naik menjadi Rp 3.200 per kilogram.
Desman Siboro menjelaskan bahwa kenaikan harga kelapa sawit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk jumlah TBS tingkat nasional.
"Jumlah TBS tingkat nasional juga mempengaruhi, hingga kenaikan harga terus terjadi. Tentunya kita mendorong para petani untuk meningkatkan kualitas dari kelapa sawitnya," tambahnya.
Curah hujan yang tinggi tidak hanya mempengaruhi produksi karet, tetapi juga komoditas perkebunan lainnya.
Petani harus menghadapi tantangan terkait dengan waktu panen yang lebih cepat dan kualitas hasil yang menurun akibat cuaca ekstrem.
Namun, untuk kelapa sawit, kenaikan harga memberikan harapan positif bagi para petani, meskipun faktor-faktor eksternal tetap mempengaruhi harga pasar.
Berita ini sudah tayang di KoranRB.id berjudul: Harga Karet Turun, Kelapa Sawit Naik Hingga Rp 3.200 Per Kilogram
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: