HONDA

Kapolsek Jujur Tewas, Oknum TNI Hedonis Dibongkar: Skandal Uang Haram di Balik Penembakan Maut!

Kapolsek Jujur Tewas, Oknum TNI Hedonis Dibongkar: Skandal Uang Haram di Balik Penembakan Maut!

Perbedaan mencolok antara kehidupan AKP Anumerta Lusiyanto Kapolsek Negara Batin yang tewas--Dok/rb

RAKYATBENGKULU.COM - Kematian AKP Anumerta Lusiyanto dalam insiden penembakan di arena judi sabung ayam di Way Kanan, Lampung, mengungkap banyak fakta mengejutkan. 

Selain dugaan aliran dana ilegal yang melibatkan aparat, muncul pula perbandingan mencolok antara gaya hidup almarhum Kapolsek dengan Kopka Basarsyah, anggota TNI yang diduga sebagai pelaku penembakan.

Lusiyanto dikenal sebagai sosok sederhana yang bekerja keras demi keluarganya. Sebaliknya, Basarsyah justru kerap memamerkan kehidupan mewah di media sosial. 

Kontras ini semakin mencolok ketika keluarga Lusiyanto membantah tuduhan bahwa almarhum menerima uang setoran dari judi sabung ayam.

BACA JUGA:DLHK Bengkulu Selatan Hadapi Kendala Armada, Masyarakat Diminta Bersabar Hadapi Masalah Sampah Jelang Lebaran

BACA JUGA:Berbuka Makin Nikmat! 4 Buah-Buahan Populer saat Ramadan, Penuh Gizi dan Nutrisi

Lusiyanto, Polisi Jujur yang Bekerja Siang Malam

Putri Lusiyanto, Salsabila, menegaskan bahwa sang ayah tidak pernah menerima uang haram. Untuk membiayai pendidikan anak-anaknya, ia bahkan bekerja tambahan sebagai sopir travel dan angkot.

“Papa kerja siang malam, nyambi jadi sopir travel demi biaya pendidikan, karena papa nggak mau anaknya diberi uang haram,” tulisnya di media sosial.

Kesaksian ini diperkuat oleh istri Lusiyanto, Nia, yang mengaku pernah melihat langsung suaminya menolak amplop berisi uang senilai Rp 1 juta dari seseorang yang diduga terkait dengan arena judi.

“Bapak nggak mau menerima uang itu meski diberikan agar sabung ayam tetap berjalan,” ungkapnya.

Tak hanya bekerja sebagai sopir, Lusiyanto juga dikenal sebagai sosok dermawan yang sering mengajar ngaji anak-anak di lingkungannya. 

Bahkan, ketika akhirnya memiliki mobil, itu pun didapat setelah menjual tanah warisan keluarga.

Seorang warganet yang pernah bertemu Lusiyanto mengungkap bahwa saat membeli mobil secara kredit, almarhum tidak mengaku sebagai Kapolsek dan justru meminta cicilan paling rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: