Pernyataan Fadli Zon Soal Tragedi Mei 1998 Dikecam, Komnas Perempuan Tegaskan Fakta Kekerasan Seksual

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan--Dok/antaranews.com
RAKYATBENGKULU.COM - Pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyangkal adanya kekerasan seksual dalam Tragedi Mei 1998 menuai kecaman tajam dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).
Dalam keterangannya yang dikutip dari AntaraNews.com, Minggu (14/6), Komnas Perempuan menyampaikan keprihatinan mendalam dan menilai bahwa penyangkalan tersebut memperpanjang penderitaan para penyintas dan menghambat proses pemulihan keadilan.
"Penyintas sudah terlalu lama memikul beban dalam diam. Penyangkalan ini bukan hanya menyakitkan, tapi juga memperpanjang impunitas," ujar Anggota Komnas Perempuan Dahlia Madanih dalam pernyataannya.
Komnas Perempuan menegaskan bahwa hasil investigasi resmi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) telah menyebutkan adanya pelanggaran hak asasi manusia dalam kerusuhan Mei 1998, termasuk 85 kasus kekerasan seksual dan 52 di antaranya merupakan kasus pemerkosaan.
BACA JUGA:Pendataan PTSL Bengkulu Selatan 2025 Hampir Tuntas, Baru 88 Sertifikat Diterbitkan
Temuan ini menjadi dasar pengakuan resmi negara dan pembentukan Komnas Perempuan melalui Keppres No. 181 Tahun 1998 oleh Presiden BJ Habibie.
“Sehingga menyangkal dokumen resmi TGPF berarti mengabaikan jerih payah kolektif bangsa dalam menapaki jalan keadilan. Sikap semacam itu justru menjauhkan kita dari pemulihan yang tulus dan menyeluruh bagi para penyintas,” kata Dahlia.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan media, Fadli Zon menyatakan bahwa pemerkosaan massal dalam peristiwa Mei 1998 tidak pernah terjadi.
Menurutnya, informasi tersebut hanya berupa rumor yang tidak pernah terbukti secara nyata.
BACA JUGA:2 Pencuri HP di Warung Makan Sawah Lebar Dibekuk Polisi, Aksinya Viral di Medsos
Ia juga menambahkan bahwa dirinya pernah membantah laporan tim pencari fakta yang menyebut adanya kekerasan seksual, karena menurutnya laporan tersebut tidak memiliki bukti kuat.
"Saya sendiri pernah membantah itu dan mereka tidak bisa buktikan. Maksud saya adalah sejarah yang kita buat ini adalah sejarah yang bisa mempersatukan bangsa dan tone-nya harus begitu," ujar Fadli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: