KEPAHIANG, rakyatbengkulu.com - Program kopi sambung di Kabupaten Kepahiang belakangan menjadi hal menarik yang diperbincangkan masyarakat. Apa pasal? Ini lantaran pada pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2022 lalu sempat memanas. Terjadi tarik menarik pengesahan program yang diklaim sebagai program unggulan Bupati dan Wakil Bupati Kepahiang tersebut.
Ini lantaran di satu sisi, Wakil Bupati (Wabup) Kepahiang, H. Zurdi Nata, S.IP ngotot untuk program tersebut supaya bisa diakomodir. Menurutnya program tersebut menjadi prioritas karena langsung menyentuh masyarakat Kepahiangyang mayoritas menggantungkan hidupnya pada pertanian kopi. Sementara Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kabupaten Kepahiang memiliki pertimbangan lain. Dewan bahkan mengklaim bukan tanpa alasan untuk tidak menganggarkan program kopi sambung yang diklaim Pemkab Kepahiang, telah sukses meningkatkan produksi kopi dalam beberapa tahun terakhir ini. Tarik menarik ini memicu banyak spekulasi yang berkembang di tengah masyarakat Kepahiang belakangan ini. Apalagi santer terdengar bahwa ngototnya antara Wabup dan DPRD Kepahiang dalam membahas program kopisambung ini, dikaitkan dengan rencana pesta demokrasi Pilkada 2024 mendatang. Diketahui belakangan muncul rumor berkembang, bahwa menjelang Pilkada 2024 mendatang, perang dingin antara pemangku kebijakan di Kabupaten Kepahiang sudah mulai muncul. Wabup Zurdi Nata dikabarkan akan kembali maju dalam kontestasi Pilkada 2024. Sementara Ketua DPRD Kabupaten Kepahiang saat ini Windra Purnawan, SP pun digadang-gadangkan siap menjadi lawan Zurdi Nata untuk merebut kursi BD 1 G pada 2024 mendatang. Informasi yang berkembang ini, dibantah langsung oleh Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Kepahiang, Andrian Defandra, SE, M.Si bahwa persoalan dicoretnya program kopi sambung pada APBD 2022 tidak ada kaitannya dengan politik jelang 2024 mendatang. Ia mengatakan, banyak pertimbangan dari DPRD Kabupaten Kepahiang sebelum memilah program apa saja yang menjadi prioritas di tengah defisitnya anggaran daerah yang terjadi sebelum pembahasan APBD 2022. Ia mengatakan, defisit anggaran yang terus membengkak sebelum pembahasan APBD 2022 lalu, membuat beberapa program termasuk kopi sambung dirasionalisasi urgensinya. Ini lantaran kemampuan keuangan daerah yang terus mengalami kesulitan akibat defisit anggaran yang terus membengkak. “Dan dalam pencoretan program kopi sambung tersebut, bukan hanya dilakukan oleh dewan saja. Kita sudah melakukan koordinasi dengan TAPD bahkan juga melibatkan unsur yudikatif dalam meminta masukan. Dari koordinasi antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif itulah kita kemudian memilah program mana yang prioritas di atas prioritas, termasuk kopi sambung yang terpaksa kita tunda dulu programnya untuk tahun 2022 mendatang,” ungkap Aan. Politisi Golkar ini pun memaklumi, jika dalam hasil pembahasan yang telah disepakati, pro dan kontra tentu saja ada. Namun ia memaklumi kondisi tersebut, karena seluruhnya tentu untuk kepentingan masyarakat Kepahiang dan kemajuan daerah. “Tidak ada kepentingan politik dalam hal ini. Siapa sih yang tidak ingin program untuk memajukan masyarakat? Namun memang porsi APBD kita saat ini sangat memprihatinkan. Kalau ada pro dan kontra itu biasa. Akan tetapi kita realistis saja, karena pemerintah ini bukan hanya Pemkab dan DPRD saja, juga ada yudikatif dalam setiap kebijakan,” bebernya. Wabup Sempat Protes Sebelumnya, Wakil Bupati Kepahiang H. Zurdi Nata, S.IP mengaku tidak sepakat atas rencana DPRD Kabupaten Kepahiang untuk membatalkan program kopi sambung masuk dalam item yang dialokasikan anggarannya pada APBD Tahun Anggaran 2022 mendatang. Pasalnya menurut Wabup, prgram tersebut merupakan program prioritas Bupati dan Wakil Bupati Kepahiang yang sudah masuk dalam visi misi kepala daerah dan RPJMD 2021-2026 mendatang. Ia mengatakan, jika program unggulan sudah tidak bisa diakomodir dalam APBD TA 2022 mendatang, maka program apa lagi yang bisa diunggulkan oleh Kabupaten Kepahiang di tahun depan. "Itu kan program prioritas, apalagi program itu langsung menyentuh pada masyarakat Kepahiang, khususnya para petani kopi. Dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang pertanian. Saya pikir program tersebut justru harus diprioritaskan lebih dulu. Kalau tidak diakomodir program itu, apalagi program kita di Kabupaten Kepahiang ini tahun depan?" terang Wabup. Ia mengatakan, jika visi misi Bupati dan Wabup tidak bisa diakomodir dalam APBD, maka capaian pembangunan untuk peningkatan ekonomi masyarakat, akan sulit untuk tercapai. Ia juga sempat menyinggung mengenai pokok-pokok pikiran DPRD Kepahiang yang juga tidak bisa diakomodir dalam APBD 2022. "Kalau dewan bilang tak hanya visi misi Bupati dan Wabup saja yang tidak bisa diakomodir dalam APBD, tapi pokok-pokok pikiran Dewan juga tak masuk dalam APBD. Nah yang jadi pertanyaan, dewan punya program apa yang masuk dalam pokok-pokok pikiran Dewan, yang diklaim sama seperti program unggulan Pemkab untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat?" tambahnya. Lebih lanjut Wabup menegaskan, bahwa APBD adalah untuk rakyat, sehingga apapun yang ada dalam APBD yang saat ini sedang dibahas oleh DPRD Kabupaten Kepahiang, harus bisa memberikan azas manfaat untuk kehidupan masyarakat. Distan Klaim Ada Peningkatan Produksi Dinas Pertanian (Distan) mengklaim bahwa program kopi sambung yang telah dilakukan kurun 3 tahun terakhir, telah membawa dampak siginifikan terhadap produksi kopi di Kabupaten Kepahiang. Kepala Distan Kabupaten Kepahiang Hernawan, S.PKP mengatakan dengan program kopi sambung ini, angka produktivitas kopi di Kabupaten Kepahiang dalam kurun 3 tahun terakhir mengalami peningkatan. “Program ini dimulai tahun 2017, dimana saat itu angka produksi kopi kita masih dibawah 500 kg per hektare per tahun. Namun pada 2018 angka produksi justru meningkat menjadi 733 kg per hektare per tahun, 2019 kembali naik jadi 817,5 kg per hektare per tahun,” jelas Hernawan. Bahkan untuk tahun 2020 lalu, sambung Hernawan, kendati penilaiannya masih berjalan. Namun untuk triwulan I hingga triwulan III, angka produksi kopi Kepahiang kembali mengalami peningkatan menjadi 835 kg per hektare per tahun. Hanya saja diakui Hernawan, untuk penghitungan produktivitas kopi, pihaknya tidak bisa melakukan pemilihan antaran hasil kopi sambung dan kopi bukan sambung. Karena tidak mungkin para petani yang mendapatkan bantuan kopi sambung, ketika memanen hasil kebunnya mesti dipilah yang mana kopi dari batang yang distek dan mana kopi dari batang normal. “Karena kan tidak semua batang dalam tiap hektare kebun petani semuanya diisi kopi sambung. Kan kopi sambung itu bantuannya untuk kelompok tani (poktan), jadi setiap petani yang tergabung dalam poktan mendapatkan jatah sesuai pembagian dari poktannya,” jelas Hernawan. Selanjutnya Hernawan juga mengatakan, kendati secara umum program tersebut berhasil, namun memang masih ada beberapa kecamatan yang produksinya minim dan tidak seluruh petani kopinya mendapatkan bantuan kopi sambung. Pasalnya penyaluran kopi sambung ini sesuai dengan usulan dari masing-masing poktan, yang kemudian diverifikasi oleh tim yang dibentuk Distan Kepahiang. “Seperti contohnya Kecamatan Ujan Mas dan Merigi, mereka selain sedikit poktan yang menyampaikan proposal kepada kami, juga para petani di dua kecamatan ini keberatan dengan program kopi sambung batang yang kita lakukan saat ini. Karena berdasarkan pengakuan para petani di dua kecamatan ini, untuk wilayah mereka sangat cocok mendapatkan kopi sambung tunas,” terangnya. Akan tetapi, lantaran saat ini jenis kopi sambung yang mendapatkan legalisasi dari Kementerian Pertanian (Kementan) hanya kopi sambung dahan, sehingga Distan Kepahiang tidak bisa mengakomodir aspirasi petani di dua kecamatan ini untuk kopi sambung tunas. “Ya, kita tidak mungkin bisa paksakan petani yang tidak tertarik kopi sambung batang. Seperti dua kecamatan tersebut yang menginginkan kopi sambung tunas. Sebenarnya kita mau mengakomodirnya, hanya saja untuk kopi sambung tunas, sampai saat ini memang belum ada legalisasi dari pemerintah pusat,” jelasnya. Pengamat: Kopi Sambung Bisa Tingkatkan Produksi Sementara itu, Pengamat Tanaman Kopi Universitas Bengkulu, Prof. Alnopri mengatakan bahwa penanaman kopi ada 2 cara, yakni dengan cara generatif melalui biji, juga ada melalui stek (grafting) atau kopi sambung. Keduanya memiliki keunggulan masing-masing. Untuk cara generatif, itu biasanya kopinya panen setelah 3-4 tahun dengan kualitas batang yang tahan rebah, dan juga bisa menyimpang dari induknya. “Sementara untuk cara melalui stek atau penyambungan, ada 2 model yakni top ent (menyambung batang bawah) dan tag ent (menyambung dari samping). Keunggulan kopi sambung ini adalah kopinya cepat berbuah, biasanya 1,5-2 tahun sudah bisa panen,” jelas Alnopri. Untuk hasil, Alnopri mengatakan, panen kopi sambung hasilnya akan sama persis dengan induknya. Jadi intinya keberhasilan dari kopi sambung tergantung pada batang atas yang digunakan untuk penyambungan. Jika batang atasnya sudah unggul, tahan penyakit dan tahan hama, otomatis hasil sambungannya akan demikian juga. “Jadi langkah yang paling awal adalah menyiapkan batang atasnya dulu, atau dengan kata lain menyiapkan intress dengan kualitas terbaik. Untuk kuantitas dan kualitasnya pun akan sama dengan induknya persis, jika induknya di setiap panen menghasilkan 2 ton, maka hasil panen dari penyambungan pun juga 2 ton. Kalau untuk kualitas, tetap bergantung pada faktor lain seperti petik merah, pengolahan dan lainnya,” singkat Alnopri. (sly)Panas Politik Kopi Sambung
Senin 20-12-2021,16:19 WIB
Editor : redaksi rb
Kategori :