KAUR, rakyatbengkulu.com – Langkanya BBM jenis pertalite membuat sejumlah nelayan di Kabupaten Kaur tidak melaut. Kamsudi (44), salah seorang nelayan tradisional Pasar Lama Kecamatan Kaur Selatan mengatakan mesin perahu yang digunakan saat ini menggunakan bahan bakar jenis pertalite.
Namun karena tak pernah kebagian untuk membeli di SPBU, mengharuskan menggunakan BBM jenis pertamax. Dengan kenaikan harga Pertamax yang mencapai Rp 13 ribu membuat sebagian nelayan terpaksa berhenti melaut. ”Harga pertalite memang turun tapi langka. Yang ada hanya pertamax dengan harga yang tinggi,” keluhnya. BACA JUGA: Harga Pertamax Naik Jadi Rp 12.500 Komarudin (38) yang juga nelayan Pasar Lama menambahkan, kondisi ini dipastikan membuat masyarakat kecil kian menjerit. Pasalnya, kenaikan harga BBM pertamax juga berbarengan dengan meroketnya harga kebutuhan pokok. Di tengah kondisi ini, harga jual hasil laut tak mengalami kenaikan, sehingga mengharuskan nelayan berpikir kembali untuk melaut. “Jika tidak ke laut seperti saat ini, kami tidak memiliki penghasilan. Kami terpaksa beli beras dengan cara berutang dulu ke warung. Kalau sekedar lauk pauk masih bisa didapat dengan memancing dipinggir. Yang kami takutkan sampai kapan seperti ini,” tuturnya. Hal serupa, diakui Ketua BPD Tanjung Pandan, Burlian. Ia menceritakan keseharian mencari nafkah sebagai sopir travel di tengah sulitnya mendapatkan BBM jenis pertalite di SPBU, membuat dirinya terpaksa menggunakan pertamax dengan selisih harga yang tinggi.Pertalite Langka, Nelayan Menjerit
Senin 04-04-2022,09:33 WIB
Editor : redaksi rb
Kategori :