Tahun ini saja, menurut statistik di sana, kemiskinan akan bertambah paling tidak 500.000 jiwa –dari 25 juta penduduknya.
Begitu sulit usaha mengentas kemiskinan. Selama lima tahun terakhir kemiskinan hanya berkurang 500.000.
Kini, dalam sekejap, angka 500.000 itu kembali miskin. Begitu mudah membuat mereka miskin.
Apalagi, bulan-bulan ke depan ini, inflasi akan mencapai 60 persen.
Begitulah perhitungan para ahli ekonomi di IMF. Harga-harga akan melonjak. Angka 500.000 itu akan bertambah nolnya.
Bank di Sri Lanka sudah tutup. Secara resmi. Belum tahu sampai kapan.
Di Yunani dulu bank tutup sampai 20 hari. Agar tidak terjadi rush.
Setelah itu bank dibuka lagi dengan batasan: nasabah hanya boleh ambil uang EUR 50 sehari. Hanya cukup untuk makan.
Bangkrutnya Yunani dan Argentina tidak akan sama dengan Sri Lanka.
Mereka bangkrut dari posisi kelas menengah. Sri Lanka bangkrut dari posisi miskin.
Maka lembaga-lembaga keagamaan internasional menjadi lebih penting di Sri Lanka.
Terutama dalam menyalurkan bantuan darurat pangan dan kesehatan.
Memang ada kesulitan besar di sana. Kardinal Sri Lanka,
Malcolm Ranjith, bisa menggambarkannya dengan sangat tepat. "Kesulitan terbesar di sini adalah keluarga Gotabaya Rajapaksa". (*)