BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekonomi Provinsi Bengkulu mencatat pertumbuhan positif sebesar 3,96 persen (yoy) pada triwulan III 2023, meskipun mengalami sedikit kontraksi dibandingkan dengan hasil triwulan II 2023.
"Ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 3,96 persen jika dibandingkan dengan triwulan III 2022 (y-on-y)," kata Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Win Rizal, dikutip antaranews.com, Senin, 6 November 2023.
Pertumbuhan ini sedikit melandai dibandingkan dengan pertumbuhan sebesar 4,17 persen (yoy) pada triwulan II 2023. Pertumbuhan terjadi di 14 sektor usaha, sementara tiga sektor lain mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif).
Tiga sektor usaha yang mencatat pertumbuhan tertinggi adalah penyediaan akomodasi dan makanan dengan pertumbuhan sebesar 10,05 persen.
BACA JUGA:Ancaman Ekonomi Bisa Ganggu Stabilitas Negara, Ketergantungan Barang Impor, Infrastruktur Buruk
Ini diikuti oleh sektor informasi dan komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 9,91 persen, serta jasa lainnya dengan pertumbuhan sebesar 9,54 persen.
Sementara itu, tiga sektor usaha yang mengalami kontraksi adalah jasa keuangan dan asuransi dengan pertumbuhan negatif sebesar 6,61 persen, pertambangan dan penggalian dengan pertumbuhan negatif sebesar 0,67 persen, dan industri pengolahan dengan pertumbuhan negatif sebesar 0,30 persen.
Pertumbuhan ekonomi juga terlihat dalam sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mencatat pertumbuhan sebesar 2,74 persen.
Dari segi produksi, sektor transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar minus 15,16 persen.
BACA JUGA:Ekonomi Mulai Membaik, 6.282 Warga Kota Bengkulu Keluar dari DTKS
Sementara dari segi pengeluaran, komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar minus 10,14 persen.
Secara keseluruhan, produk domestik regional bruto (PDRB) Provinsi Bengkulu pada triwulan III-2023 mencapai Rp23,76 triliun atas dasar harga berlaku, dan Rp12,96 triliun atas dasar harga konstan tahun 2010.