Selain itu, para wanita dari kaum Hawazin pun menjadi tawanan pasukan muslimin.
Ada salah satu wanita yang jatuh sebagai tawanan pasukan muslimin, yakni Syaima’, yang merupakan saudara sepersusuan dari Rasulullah SAW dahulu.
Para tawanan ini diperlakukan dengan keras dan kasar oleh para pasukan muslimin. Tanpa terkecuali Syaima’, saudara sepersusuan Rasulullah SAW itu.
Merasa diperlakukan dengan tidak manusiawi, Syaima’ pun kemudian mengatakan bahwa dia adalah saudara sepersusuan dari Rasulullah SAW.
BACA JUGA:Kisah Cicit Rasulullah SAW yang Dituduh Mencuri Uang di Masjid
Para pasukan kaum muslimin yang mendengar pernyataan itu tidak lantas mempercayainya.
Mereka kemudian menganggap apa yang dikatakan oleh Syaima’ merupakan siasat agar perempuan itu dapat diperlakukan dengan baik.
Ketika tiba di hadapan Rasulullah SAW, Syaima' kembali mengaku bahwa dirinya merupakan saudara sepersusuannya.
Rasulullah SAW tidak langsung mempercayai apa yang dikatakan oleh Syaima’ dan kemudian meminta bukti dari perkataan Syaima’ tersebut.
BACA JUGA:Bukan Islam, Ternyata Ini Agama Pertama dari Kerajaan Pagaruyung Beserta Sejarah dan Peninggalannya
Karena hal ini telah terjadi lebih dari 50 tahun Rasulullah tidak bertemu dengan saudarinya itu.
Kemudian Syaima’ mulai meyakinkan Rasulullah SAW dengan mencoba mengembalikan ingatan Rasulullah SAW dengan kenangan masa kecil mereka.
“Apakah dirimu ingat, Nabi Allah, ketika aku memukul pangkal pahamu, pada saat kita bermain di dekat tenda, tenda keluarga kita Bani Sa’ad. Pada saat itu kau naik ke punggungku dan menggigitku dengan gigitan kasih sayang?” kata Syaima’.
Setelah Mendengar hal itu, ingatan Rasulullah SAW serasa dibawa kembali pada masa kecilnya ketika ia hidup bersama keluarga Halimah.
BACA JUGA:Sejarah Islam di Bengkulu: Libatkan 5 Kerajaan Sebagai Pintu Masuk, Ini Pengaruh Perkembangannya
Dan Rasulullah SAW memang selalu mengingat segala perlakuan baik dan kenangan indah bersama Halimah dan keluarganya, termasuk dengan Syaima’ itu.