BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Kita hanya tinggal menghitung hari menuju pergantian tahun 2024, di mana di berbagai belahan dunia, perayaan Tahun Baru seringkali dirayakan dengan penuh semangat melalui keindahan kembang api.
Saat tepat pada pukul 00.00 WIB, langit malam akan dihiasi oleh kembang api, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di banyak negara di seluruh dunia.
Banyak yang bertanya-tanya, mengapa tradisi menyalakan kembang api selalu terkait erat dengan perayaan Tahun Baru?
Menurut para ahli sejarah, kembang api memiliki akar yang berasal dari Tiongkok, negara yang terkenal sebagai produsen dan eksportir kembang api terbesar di dunia.
BACA JUGA:Liburan Natal dan Tahun Baru, Wisatawan Ramai Mandi di Pantai Jakat Kota Bengkulu
Sejarah mencatat bahwa kembang api atau petasan pertama kali ditemukan pada awal abad ke-3 SM di Tiongkok.
Pada masa itu, masyarakat Tiongkok menemukan petasan yang terbuat dari bambu direbus dan diisi dengan campuran arang, belerang, serta potasium nitrat, yang membuatnya meledak ketika dilempar ke api.
Dikisahkan bahwa seorang ahli kimia Tiongkok lah yang pertama kali menciptakan campuran bahan tersebut.
Awalnya, penggunaan petasan hanya terbatas pada ritual pengusiran roh jahat, tetapi seiring berjalannya waktu, petasan dari bambu berkembang menjadi kembang api seperti yang kita kenal saat ini.
BACA JUGA:Harga Jual Jagung Manis Turun Jelang Perayaan Tahun Baru 2024
Pada awalnya, kembang api dibuat dengan membungkus bahan dalam bambu, tetapi seiring waktu, masyarakat Tiongkok mulai menggunakan tabung kertas.
Penggunaan kembang api kemudian meluas ke berbagai acara, termasuk perayaan Tahun Baru.
Baru pada abad ke-10 Masehi, masyarakat Tiongkok mulai mengembangkan bubuk bom mentah yang ditempelkan ke anak panah.
Meskipun awalnya digunakan dalam konteks perang, setelah 200 tahun, masyarakat Tiongkok mempelajari cara melepaskan bahan peledak ke udara.
BACA JUGA:Ingat! 9 Tips Liburan Tanpa Mengalami Stres Saat Natal dan Tahun Baru