BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Kecanduan media sosial rentan terjadi pada anak-anak dan remaja, yang telah terpapar digitalisasi sejak dini.
Kondisi ini merujuk pada hubungan media sosial dengan dopamin, neurotransmiter yang dibuat di otak yang dikenal sebagi hormon "rasa nyaman" sebagai bagian besar dari masalah.
Ketika seorang anak terlibat didalam sesuatu yang meraka anggap menyenangkan, otak akan melepaskan dopamin yang memicu rasa senang pada gilirannya mereka menginginkan lebih dari perasaan itu.
Dalam hal media sosial, bisa jadi anak mendapat like, share, atau mention positif, merasang otak untuk melepaskan dopamin, berbagai hal yang terjadi di media sosial inilah yang dapat membuat ketagihan.
BACA JUGA:Penting! Lakukan Pemeriksaan Gigi Rutin untuk si Kecil dan Manfaatnya untuk Anak-anak
1. Menjadi Panutan
Sebelum menyalahkan anak, sangat penting untuk bercermin terlebih dahulu, apakah Anda selama ini juga sering asik bermain media sosial? Bila iya, maka cobalah untuk juga menghilangkan kebiasaan ini, supaya bisa menjadi panutan untuk anak.
Orang tua yang cerdas tidak membolehkan anak menggunakan media sosial secara tidak bertanggung jawab, seperti:
- Selalu bermain Smartphone, alih-alih menyelesaikan tugas-tugas produktif.
- Menggunakan media sosial pada waktu malam hari.
- Membagikan postingan, gambar, dan konten lain yang tidak pantas.
Sebaliknya cobalah mengunakan media sosial dengan tujuan yang baik dan masuk akal bahkan untuk anak-anak, biarkan anak melihat bagaimana orang tua berinteraksi dengan teknologi, dan menjadikannya contoh saat mereka menggunakan media sosial.
BACA JUGA:Ketahui 6 Perilaku Buruk Anak yang Tidak Boleh Dibiarkan dan Cara Mengatasinya
2. Cari Alternatif Selain Media Sosial
Penting untuk mengetahui apakah kebosanan adalah alasan anak kecanduan media sosial secara ekstrem, ini adalah salah satu alasan utama anak-anak rentan menjadi kecanduan.