Untuk sapi perah, 65 persen bungkil inti sawit dipakai sebagai bahan campuran, sedangkan untuk sapi potong 70 persen dari jumlah pakan memakai bungkil.
Berdasarkan penelitian menunjukkan pemberian 30 persen bungkil sawit di pakan domba dapat menaikkan berat sampai 70 gram/ ekor setiap harinya.
BACA JUGA:Pabrik Sawit di Bengkulu Selatan Didemo Toke dan Petani
BACA JUGA:Ada Penerbangan Komersial Gunakan Bahan Bakar Minyak Sawit di Indonesia?
Adapun bungkil sawit ini tidak dapat dijadikan pakan ternak sebelum melalui proses fermentasi, diketahui fermetasi bungkil inti sawit ini memanfaatkan jamur dan bakteri seperti Rhizopus oligosparus, Aspergilus niger atau Eupenicilium javanicum.
Melalui bantuan bakteri tersebut, kandungan serat kasar yang ada pada bungkil sawit berkurang sekaligus menambah kandungan protein di dalamnya.
Kalau kesulitan di dalam mendapatkan jamur ataupun bakteri yang diperlukan maka bisa disubstitusikan memakai probiotik seperti Suplemen Organik Cair (SOC).
Sebelum dilakukannya proses fermentasi, kandungan protein yang ada di bungkil inti sawit sebanyak 14 persen, dimana jumlah itu akan meningkat hampir 2x lipat setelah proses fermentasi menjadi 23 persen.
Bungkil sawit ini selain baik untuk pakan hewan ternak, proses penguraian bungkil inti sawit ini juga menguntungkan lalat BSF yang bisa dijadikan maggot yang pada saat ini memiliki nilai jual yang tinggi.
BACA JUGA:Good Bye Pertalite dan Pertamax, Ramuan Ajaib dari Sawit Telah Ditemukan
BACA JUGA:Ternyata Ini Penyebab Tandan Buah Kelapa Sawit Busuk
Dengan pemanfaatan bagian dari tanaman kelapa sawit menjadi produk yang memilki nilai guna ini bisa mematahkan stigma negatif tentang bahayanya industri kelapa sawit.
Sehingga dengan memanfaatkan bagian tanaman kelapa sawit ini, bisa membuktikan kalau industri kelapa sawit mendukung ketahanan lingkungan yang berkelanjutan.
Nah, itulah tadi bungkil sawit yang bisa jadi peluang usaha dan manfaat limbah bungkil sawit serta cara pengolahannya, semoga informasi ini bermanfaat.