Film 'Perlawanan Lintas Generasi', Kisah Inspiratif Pejuang Lingkungan Tolak Tambang Batubara dan PLTU

Sabtu 01-06-2024,19:54 WIB
Reporter : Heri Aprizal
Editor : Heri Aprizal

Di wilayah lain Reza Yuliana atau Ejak (17) warga Desa Muara Maung Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan juga aktif dalam Yayasan Anak Padi yang berupaya menyelamatkan Sungai Kungkilan yang kondisinya hancur akibat aktivitas pertambangan batubara.

Yayasan Anak Padi akan membuktikan bagaimana PT. Kasih Karya Agung, PT. Bumi Merapi Energi, PT. Bara Alam Utama dan PT. Muara Alam Sejahtera menghancurkan Sungai Kungkilan. 

Selesai ekspedisi, ketika Ejak dan Anak Padi sedang kampanye, tiba-tiba banjir bandang sungai Kungkilan terjadi. Setidaknya 56 kepala keluarga di desa Muara Maung Lahat mengalami kerugian. 

"Kebun, sawah, kolam dan rumah terendam lumpur berbau. Langsat mati, padi mati, ikan hanyut dan rumah terendam lumpur," ungkap Ejak.

BACA JUGA:Daftarkan PK Gugatan Izin PLTU Batu Bara ke PTUN, Massa Gelar Aksi Teaterikal

Bahkan ikan Lemuti yang hidup di sungai daerah setempat kini mulai langka dan terancam punah akibat pencemaran limbah batubara.

Ejak juga menerima cerita Sarpendi, warga yang menjadi korban dari aktivitas pertambangan batubara.

Dulunya Sarpendi bekerja sebagai pengatur arus lalu lintas truk angkutan batubara dan setiap hari menghirup debu batubara yang kotor.

Akibatnya, Sarpendi yang dulunya pernah bekerja sebagai Linmas, kini menderita sakit paru-paru hitam dan menjadi pengangguran.

BACA JUGA:Kasus HIV/Aids di Kabupaten Lebong Meningkat

Jalalludin dan Reza Yuliana, dua aktivis lintas generasi. Mereka bertemu, berdiskusi dan saling bercerita. Mereka berdua adalah fakta bahwa umur bukanlah halangan untuk menjadi bagian agar berguna bagi orang banyak, tidak juga Jarak.

Kisah perjuangan Jalalludin dan Reza Yuliana tersebut divisualisasikan oleh Kanopi Hijau Indonesia ke dalam bentuk film berjudul "Perlawanan Lintas Generasi".

"Kita bisa melihat bagaimana orang tua berada di sekitar pertambangan batubara dan PLTU. Saat mereka terkena penyakit pernapasan, dan hal ini bisa dicari hubungannya antara beroperasinya tambang batubara dan beroperasinya PLTU batubara," ungkap Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar. 

Ali menjelaskan, ketika pertambangan batubara melepaskan debu yang sangat banyak menghujani orang tua, sementara pada bagian hilir PLTU batubara melepaskan abu, sementara mereka juga melepaskan senyawa kimia seperti nitrogen oksida dan sulfur dioksida. Itu semua merupakan biang dari penyakit pernapasan. 

BACA JUGA:DPRD Rejang Lebong Minta Penyelenggara Pemilu Bijak Gunakan Anggaran

"Kelompok rentan yakni anak-anak juga terkena penyakit kulit yang mewabah. Ini tidak hanya terjadi di Bengkulu dan  Sumatera Selatan, tapi juga terjadi di Sumatera Utara, Jambi, dan beberapa wilayah lain dimana orang-orang yang tinggal di sekitar area pembangkit.  Warga yang tinggal di sekitar pertambangan mengalami penderitaan atau mengalami kesakitan yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan dan PLTU batubara," ungkap Ali. 

Kategori :