BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Selama berdirinya Kerajaan Majapahit, diketahui ada 2 pemimpin Wanita.
Yang pertama yaitu Tribhuwana Tunggadewi pada tahun 1328-1350 masehi.
Yang merupakan putri dari Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit.
Tidak hanya Tribhuwana Tunggadewi, di akhir kekuasaan kerajaan Majapahit, ada satu wanita yang kembali menempati posisi ratu di Kerajaan Majapahit.
BACA JUGA:Benarkah 600 Tahun Sebelum Kerajaan Majapahit, Islam Telah Ada di Nusantara?
BACA JUGA:Peristiwa Perang Bubat di Zaman Majapahit, Awal Mula Mitos Suku Sunda-Jawa yang Tidak Boleh Bersatu
Yaitu Dyah Suhita atau Ratu Kencono Wungu, dimana Ratu Kencono Wungu ini merupakan pemimpin wanita terakhir di Kerajaan Majapahit.
Berdasarkan NJ Krom, diketahui Ratu Suhita atau Dyah Suhita adalah putri dari Bhre Wirabhumi.
Berbeda berdasarkan Kitab Pararaton, yang menjelaskan kalau Dyah Suhita adalah cucu dari Bhre Wirabhumi.
BACA JUGA:Sejarah Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa yang Didirikan Anak Raja Majapahit
Selain itu ada pendapat lain menyatakan kalau Dyah Suhita asalah putri penguasa ke 5 kerajaan Majapahit Wikramawardhana pada tahun 1389-1429 masehi dari selirnya.
Kemudian ada juga yang menyatakan kalau Dyah Suhita adalah anak dari Wikramawardhana dengan Kusumawardhani.
Sementara pendapat yang paling kuat menjelaskan kalau Dyah Suhita ini merupakan anak dari Wikramawardhana yang memperistri putri kakak ipar sekaligus musuhnya.
Terlepas dari perbedaan pendapat asal-usulnya, Dyah Suhita adalah putri yang menikah dengan Aji Ratnapangkaja.