Kemudian bersama suaminya, Aji Ratnapangkaja, yang bergelar Bhatara Parameswara.
Dyah Suhita memerintah kerajaan Majapahit dari tahun 1429 masehi sampai 1447 masehi.
BACA JUGA:Kenapa Orang-orang di Masa Kerajaan Majapahit Tidak Mempersoalkan Masalah Agama?
BACA JUGA:Beberapa Pusaka Peninggalan Kerajaan Majapahit Dikuasai Museum di Amerika, Kok Bisa?
Di selama memimpin Kerajaan Majapahit, Dyah Suhita ini kembali menghidupkan kearifan lokal yang terabaikan karena polemik politik.
Ada juga pendapat yang menyatakan kalau di masa Dyah Suhita, kekuasaan atas Nusantara secara berangsur-angsur kembali ke kerajaan Majapahit.
Selain itu, Dyah Suhita juga mendirikan bangunan pemujaan di berbagai lereng gunung sebagai punden berundak, seperti di Gunung Penanggungan, Gunung Lawu, dan lainnya.
Diketahui Dyah Suhita menjadi Ratu kerajaan Majapahit selama 18 tahun dan meninggal pada 1447 masehi.
BACA JUGA:Cerita Rara Tepasan, Istri Sunan Gunung Jati dari Kerajaan Majapahit
BACA JUGA:Misteri Sang Ratu Adil dalam Ramalan Jayabaya, Pemimpin Bijaksana dari Keturunan Kerajaan Majapahit
Sedangkan suaminya, Aji Ratnapangkaja, meninggal 10 tahun sebelumnya, yaitu di tahun 1437 masehi.
Setelah sepeninggalan Dyah Suhita, Kerajaan Majapahit dipimpin oleh adiknya Bhre Kertawijaya atau dikenal dengan Brawijaya.
Adapun hal itu dikarenakan Dyah Suhita dan Aji Ratnapangkaja tidak dikaruniai anak.
Dyah Suhita menjadi wanita ke 2 dan terakhir yang memimpin kerajaan Majapahit.
BACA JUGA:Asal Usul Petasan di Indonesia, Jejak Sejarah dari Zaman Majapahit
BACA JUGA:Sejarah Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa yang Didirikan Anak Raja Majapahit