Dokter Tirta Mengungkap Fakta, Ternyata Menjadi Dokter Tidak Selalu Menjamin Kekayaan, Kecuali...

Selasa 20-08-2024,08:59 WIB
Reporter : Hellen Yuliana
Editor : Febi Elmasdito

RAKYATBENGKULU.COM - Feni Rose baru-baru ini mengundang Dokter Tirta ke kanal YouTube-nya dan menemukan bahwa kehidupan seorang dokter tidak selalu menjamin kekayaan, kecuali ada beberapa faktor yang mendukung.

Dokter Tirta, seorang influencer dengan latar belakang pendidikan dokter, dikenal sangat serius dalam membahas isu kesehatan.

Dalam diskusinya, Feni Rose bertanya, "Kan image-nya kalau jadi dokter pasti kaya?"

Pertanyaan ini sangat relevan dengan pandangan umum masyarakat Indonesia.

BACA JUGA:8 Langkah Menanam Terong Ungu untuk Hasil Optimal

BACA JUGA:5 Faktor Strategis dan Pertimbangan yang Mendasari Pemilihan IKN Sebagai Ibu Kota Baru

Banyak yang menganggap dokter pasti memiliki gaji besar dan hidup dalam kemewahan, namun Dokter Tirta membantah anggapan tersebut.

Menurut Dokter Tirta, "Ternyata kalau dia di dokter kalau nggak jadi spesialis itu sengsara. Kalau pun nggak jadi spesialis, kalau nggak di lahan basah, sengsara dan sulit berkembang."

Dia menjelaskan bahwa untuk menjadi dokter yang sukses dan berkembang, seseorang harus menjalani pendidikan lanjutan dan bekerja di tempat dengan kompensasi yang baik.

Dokter Tirta juga mengungkapkan, "Bayangin prosesnya kayak maraton, lama banget. Setelah dia lulus umum, dia harus intensif, gajinya pas-pasan, harus kuliah lagi ambil spesialis selama 5 tahun."

BACA JUGA:Siapa Atlet Peraih Medali Olimpiade Terbanyak dalam Sejarah?

BACA JUGA:Butuh Dana Rp4500 Juta – Rp500 Juta, Simak Angsuran di Bank Bengkulu Tenor 2 Tahun

Tanpa jaringan yang baik, kehidupan seorang dokter bisa sangat menantang. Namun, dengan networking yang kuat, dokter dapat bekerja di tempat yang lebih menguntungkan.

"Kalau dia mempunyai networking yang bagus, dia akan kerja di lahan yang basah, masih di pulau Jawa. Kalau mau tantangan lebih, dia harus ke daerah 3T yang sangat stress full," tambahnya.

Dokter Tirta juga mengingat saat pertama kali menjadi koas pada tahun 2014, di mana BPJS baru diterapkan dan menyebabkan antrian pasien yang sangat panjang.

Awalnya, Dokter Tirta mengira setelah menjadi dokter umum semuanya akan lebih baik.

BACA JUGA:Wow, KUR di Bank Bengkulu Bisa Dapat Fasilitas Pinjaman Rp380 Juta – Rp400 Juta

BACA JUGA:Wow, KUR di Bank Bengkulu Bisa Dapat Fasilitas Pinjaman Rp350 Juta – Rp370 Juta

"Kupikir setelah jadi dokter umum udah kelar. Kita ambil SIP, kerja di Puskesmas, bisa dapat gaji 30-40. Ternyata nggak,” katanya.

Ia mengungkapkan bahwa gaji saat itu hanya sekitar Rp 100.000 sampai Rp 150.000 per hari, jauh dari biaya pendidikan yang telah dikeluarkan.

"Lebih ke waktu yang dikorbankan, tapi mendapatkan ganjaran uang segitu. Masyarakat bilang ini pengabdian, tapi aku butuh duit untuk keluargaku," ungkapnya.

Hal ini menyoroti ketidaksesuaian antara idealisme dan realitas keuangan dalam profesi dokter.

BACA JUGA:Ingin Tahu Angsuran Pinjaman KUR Rp320 Juta – Rp340 Juta, Cek di Sini dari Bank Bengkulu

BACA JUGA:Bisa KUR Pinjam Rp290 Juta – Rp310 Juta Selama 2 Tahun, Simak di Sini Jumlah Angsurannya

Dokter Tirta juga menjelaskan bahwa biaya kesehatan yang tinggi ditentukan oleh rumah sakit.

"Yang nentuin mahal rumah sakit. Kamu bayar mahal, dokternya cuman dapat dikit," sambungnya.

Dia menambahkan bahwa fenomena dokter kaya sering kali bergantung pada generasi dan latar belakang.

"Tanya dulu umurnya berapa. Kalau dia generasi sekarang, tanya bapaknya siapa. Kalau dia anak biasa-biasa saja, karirnya juga biasa saja," demikiannya.

 

Kategori :