Sebab, Pelindo II sulit berkembang tanpa dukungan dari pemerintah daerah setempat.
Institusi Pelindo Pulau Baai berada di bawah Pelindo II, sebuah BUMN yang dibentuk untuk mencari profit dan diaudit oleh BPK serta Kantor Akuntan Publik.
Oleh karena itu, setiap investasi atau pengeluaran dana harus mendatangkan keuntungan.
Masalahnya, throughput sumber daya alam unggulan Bengkulu, yaitu batu bara, sangat kecil jumlahnya yang diekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai jika dibandingkan dengan biaya perawatan alur akibat pendangkalan.
Ini menjadi dilema bagi Pelindo Pulau Baai.
Karena itu, Pak Agusrin yang berlatar belakang pengusaha dan memiliki banyak koneksi di Jakarta maupun luar negeri, mencoba menawarkan lelang investasi optimalisasi Pelabuhan Pulau Baai.
Skemanya, Pelindo II tidak perlu mengeluarkan dana untuk perawatan alur karena sudah diambil alih oleh investor, dengan catatan bahwa throughput batu bara harus mencapai dua juta ton per bulan (saya agak lupa jumlah pastinya).
Karena produksi batu bara di Provinsi Bengkulu kecil, Pak Agusrin menggandeng PT Bukit Asam (Muara Enim) dan menandatangani MoU antara Pemda Provinsi Bengkulu dengan Dirut PT Bukit Asam untuk pengangkutan batu bara menggunakan kereta api ke Pelabuhan Pulau Baai.
Hasil studi kelayakan ekonomi PT Bukit Asam menunjukkan bahwa pengangkutan via kereta api ke Pelabuhan Pulau Baai lebih hemat dibandingkan lewat Pelabuhan Tanjung Api-Api Palembang, apalagi dibandingkan lewat Pelabuhan Tarahan di Lampung.
Dengan adanya MoU selama 15 tahun antara Pemda Bengkulu dan PT Bukit Asam, ada jaminan bahwa PT Pathway Indonesia dapat memenuhi throughput dua juta ton per bulan.
Kelayakan proyek PT Pathway Indonesia ini kemudian ditawarkan ke Morgan Bank.
PT Pathway Indonesia, dengan menyewa helikopter milik Artha Graha yang dilengkapi mesin laser tembak, melakukan studi trase jalur kereta api dari Pelabuhan Pulau Baai menuju Kota Padang - Lubuk Linggau.
Studi ini mencakup trase melalui terowongan dan jembatan. Total pendanaan proyek tersebut sebesar Rp21 triliun, sebagian besar bersumber dari Morgan Bank, Amerika Serikat.
Namun, manusia hanya bisa berencana. Saat itu terjadi krisis moneter di AS, Morgan Bank dinyatakan pailit, dan terhentilah investasi optimalisasi Pelabuhan Pulau Baai.
Niat baik dan tanggung jawab Pak Agusrin sebagai kepala daerah telah beliau tunaikan. Semoga Allah mencatatnya sebagai amal kebaikan.
Solusi
Jika Pelabuhan Pulau Baai ingin tetap dilanjutkan, maka Pemda Provinsi Bengkulu dan PT Pelindo II harus mampu meyakinkan investor bahwa proyek ini menguntungkan dan aman untuk dikelola.